Thailand U-17 Gugur di Piala Asia: Kombinasi Fisik Lawan, Cedera, dan Persiapan Jadi Sorotan
Thailand U-17 harus mengakhiri perjalanannya di Piala Asia U-17 2025 lebih cepat dari yang diharapkan. Kekalahan 0-2 dari China menjadi pil pahit yang harus ditelan, sekaligus menyingkap sejumlah persoalan mendasar yang menghantui sepak bola usia muda Gajah Perang.
Pelatih kepala Jadet Meelarp, dalam pernyataan pasca-pertandingan, tidak menampik keunggulan fisik yang dimiliki lawan-lawan mereka. Menurutnya, Uzbekistan, Arab Saudi, dan China, memiliki postur dan kekuatan yang lebih baik, membuat para pemain Thailand kesulitan untuk mengembangkan permainan.
"Kami akui, dari segi kebugaran, kami belum bisa bersaing dengan mereka," ujar Meelarp. Hal ini menjadi alarm bagi Federasi Sepak Bola Thailand (FAT) dan para pemangku kepentingan untuk segera berbenah.
Namun, masalah fisik bukanlah satu-satunya faktor yang menyebabkan kegagalan Thailand. Meelarp juga mengungkapkan bahwa sejumlah pemain kunci mengalami cedera dan keracunan makanan, yang memaksa dirinya untuk melakukan perubahan taktik dan komposisi pemain.
"Dalam pertandingan melawan China, beberapa pemain bertahan cedera dan mengalami keracunan makanan. Ini memaksa kami untuk menyesuaikan sistem dan saling memahami," jelasnya.
Lebih jauh, Meelarp menyoroti kurangnya profesionalisme dalam persiapan tim. Ia berharap FAT dapat melakukan evaluasi menyeluruh dan memperbaiki struktur pembinaan pemain muda di Thailand.
"Saya yakin para pemain sudah belajar dan tahu potensi mereka, tetapi mereka masih perlu banyak berkembang. Saya ingin FAT, pemerintah, atau lembaga lain menyesuaikan struktur pemain muda kami. Jika tidak, kami akan kesulitan bersaing dengan negara lain," tegasnya.
Meelarp juga mengkritik liga usia muda di Thailand yang masih mengandalkan tim sekolah, sementara negara lain sudah menggunakan pemain klub profesional. Perbedaan ini, menurutnya, sangat signifikan dalam hal kekuatan, stamina, kecepatan bola, dan mentalitas pemain.
"Ketika datang ke turnamen ini, kami melihat bahwa setiap tim sangat profesional, baik dari segi persiapan tim maupun hal-hal lainnya. Kami masih jauh tertinggal dari mereka," ujarnya.
Berikut adalah poin-poin utama yang menjadi sorotan:
- Kebugaran Fisik: Tim-tim Asia Timur dan Tengah memiliki keunggulan fisik yang signifikan.
- Cedera dan Keracunan: Masalah non-teknis ini mengganggu persiapan dan performa tim.
- Persiapan yang Kurang Profesional: Thailand tertinggal dalam hal persiapan tim dibandingkan negara lain.
- Struktur Liga Usia Muda: Liga yang masih didominasi tim sekolah menghambat perkembangan pemain.
- Tekanan Mental: Pemain Thailand kesulitan bermain di bawah tekanan lawan.
Kegagalan di Piala Asia U-17 2025 menjadi momentum bagi Thailand untuk berbenah dan membangun sepak bola usia muda yang lebih kompetitif. Investasi dalam infrastruktur, peningkatan kualitas pelatih, dan perubahan struktur liga menjadi kunci untuk meraih kesuksesan di masa depan. Selain itu, perhatian lebih pada kesehatan dan nutrisi pemain juga tidak boleh diabaikan. Dengan evaluasi yang jujur dan kerja keras, Thailand dapat bangkit dan bersaing di level Asia.