Keterbatasan Penglihatan Manusia: Telaah Ayat 103 Surah Al-An'am

Memahami Keterbatasan Indera Penglihatan dalam Surah Al-An'am Ayat 103

Sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia dianugerahi berbagai kemampuan, salah satunya adalah indera penglihatan. Melalui mata, kita dapat berinteraksi dengan dunia sekitar, mengenali berbagai objek, dan memahami kompleksitas alam semesta. Namun, penting untuk disadari bahwa kemampuan penglihatan manusia memiliki batasan yang jelas. Tidak semua hal dapat ditangkap oleh mata telanjang, termasuk esensi dan hakikat Allah SWT.

Surah Al-An'am ayat 103 menjadi pengingat penting mengenai keterbatasan ini. Ayat tersebut berbunyi:

لَا تُدْرِكُهُ الْاَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْاَبْصَارَۚ وَهُوَ اللَّطِيْفُ الْخَبِيْرُ

Lā tudrikuhul-abṣāru wa huwa yudrikul-abṣār(a), wa huwal-laṭīful-khabīr(u).

Artinya: Dia tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat menjangkau segala penglihatan itu. Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Teliti.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT tidak dapat dijangkau oleh penglihatan manusia. Hal ini bukan berarti menafikan keberadaan-Nya, melainkan menekankan keagungan dan kemuliaan-Nya yang melampaui batas-batas indera kita.

Tafsir Mendalam Ayat 103 Surah Al-An'am

Menurut Tafsir Al-Azhar yang ditulis oleh Buya Hamka, ayat ini menjelaskan bahwa keterbatasan penglihatan manusia adalah sebuah keniscayaan. Mata manusia memiliki keterbatasan dalam menangkap realitas yang ada. Jangan sampai ketidakmampuan indera penglihatan membuat manusia menjadi ragu akan keberadaan Allah SWT.

Indera penglihatan hanya mampu menangkap sebagian kecil dari alam semesta. Bahkan, seringkali mata tertipu oleh ilusi optik dan persepsi yang salah. Contohnya, pemandangan indah dari puncak gunung yang terlihat mempesona dari kejauhan, bisa jadi tidak seindah yang dibayangkan ketika didekati.

Sebaliknya, Allah SWT Maha Melihat segala sesuatu, termasuk penglihatan manusia itu sendiri. Dia menciptakan indera penglihatan dengan detail yang sangat halus, mulai dari jaringan saraf yang kompleks, kemampuan membedakan warna dan bentuk, hingga memperkirakan jarak. Kompleksitas indera penglihatan ini bahkan belum sepenuhnya dipahami oleh para ahli.

Menariknya, bayi yang baru lahir umumnya lebih dulu mengembangkan kemampuan melihat sebelum mendengar. Hal ini menunjukkan betapa vital dan rumitnya indera penglihatan. Namun, ironisnya, banyak bagian tubuh kita sendiri, seperti jantung atau bahkan mata yang kita gunakan untuk melihat, tidak dapat kita lihat secara langsung. Padahal, keberadaannya sangat nyata dan penting bagi kehidupan kita.

Oleh karena itu, mengenal Allah SWT tidaklah cukup hanya dengan mengandalkan indera penglihatan. Kita perlu menggunakan akal dan hati untuk merenungkan ciptaan-Nya yang agung. Allah SWT bersifat Lathif (Maha Halus), dan seluruh ciptaan-Nya mencerminkan kehalusan dan kesempurnaan yang tak terhingga. Perenungan terhadap ciptaan-Nya akan menuntun kita untuk semakin percaya dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Asbabun Nuzul dan Konteks Historis

Berdasarkan buku Asbabun Nuzul: Sejarah, Peristiwa dan Latar Belakang Turunnya Ayat karya Suhaimi Harahap, ayat 100-103 dalam Surah Al-An'am diturunkan berkaitan dengan perilaku kaum musyrik yang menyekutukan Allah SWT dengan jin. Ketika ditanya mengapa mereka menyembah jin padahal yang mereka sembah adalah berhala, mereka menjawab bahwa mereka tidak menyembah berhala itu secara langsung, melainkan sebagai perantara untuk menunjukkan ketaatan kepada jin.

Ayat ini juga menyinggung keyakinan keliru dari sebagian kelompok lain. Kaum Nasrani menganggap Nabi Isa AS sebagai anak Allah, sementara kaum Yahudi meyakini bahwa para malaikat adalah anak-anak perempuan Allah. Penjelasan ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.

Kesimpulan

Surah Al-An'am ayat 103 memberikan pemahaman mendalam tentang keterbatasan indera penglihatan manusia dalam menjangkau hakikat Allah SWT. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan keagungan Allah SWT melalui akal dan hati, serta menjauhi segala bentuk kesyirikan dan keyakinan yang keliru. Dengan memahami keterbatasan diri, kita akan semakin rendah hati dan senantiasa berusaha mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Berikut adalah poin-poin penting dari Surah Al-An'am ayat 103:

  • Allah tidak dapat dijangkau oleh penglihatan mata manusia.
  • Allah Maha Melihat segala sesuatu, termasuk penglihatan manusia.
  • Pentingnya menggunakan akal dan hati untuk mengenal Allah.
  • Menjauhi segala bentuk kesyirikan dan keyakinan yang keliru.

Dengan memahami dan mengamalkan pesan-pesan yang terkandung dalam ayat ini, diharapkan kita dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.