PMI Manufaktur Indonesia Melonjak, Tunjukkan Ketahanan Sektor Industri di Tengah Dinamika Global

PMI Manufaktur Indonesia Melonjak, Tunjukkan Ketahanan Sektor Industri di Tengah Dinamika Global

Kinerja sektor manufaktur Indonesia menunjukkan tren positif yang signifikan di awal tahun 2025. Hal ini tercermin dari peningkatan tajam Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur yang mencapai angka 53,6 pada Februari 2025, meningkat 1,7 poin dibandingkan bulan Januari (51,9). Lonjakan ini menandai kinerja ekspansif tertinggi dalam 11 bulan terakhir dan mengukuhkan ketahanan industri manufaktur Tanah Air di tengah gejolak ekonomi global.

Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza, dalam keterangannya di acara Indonesia International Furniture 2025 (FEX 2025) di Jakarta, Kamis (6/4/2025), menyatakan bahwa angka PMI tersebut menunjukan daya saing dan ketahanan industri manufaktur Indonesia yang luar biasa. Kenaikan ini sejalan dengan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) yang berada di level 53,15 pada bulan yang sama, menandakan optimisme pelaku industri yang tinggi. Wamenperin menambahkan bahwa capaian ini menunjukkan kinerja yang hampir setara dengan awal tahun 2024, menunjukkan resiliensi sektor manufaktur meskipun adanya kontraksi ekonomi global.

Pertumbuhan positif ini, menurut Wamenperin, turut didukung oleh kinerja industri furnitur dan kerajinan yang terus menanjak. Tren industri furnitur yang berorientasi pada produk ramah lingkungan, terintegrasi teknologi, desain multifungsi, modular, dan kustomisasi, turut berkontribusi pada peningkatan PMI. Kemudahan belanja furnitur berkat teknologi 4.0 juga menjadi faktor pendukung.

Meskipun demikian, pemerintah tetap perlu memperhatikan beberapa tantangan. Lambatnya logistik pengiriman ekspor akibat kondisi geopolitik global dan regulasi keberlanjutan lingkungan menjadi hambatan yang perlu diatasi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, dalam keterangan resmi di Jakarta pada Senin (3/3/2025). Menperin menegaskan bahwa industri manufaktur nasional tetap menunjukkan kepercayaan diri tinggi di tengah dinamika politik dan ekonomi global, menunjukkan iklim usaha yang kondusif berkat regulasi pemerintah yang mendukung produktivitas dan daya saing.

Lebih lanjut, Menperin membandingkan capaian PMI manufaktur Indonesia dengan negara-negara lain. Dengan angka 53,6, Indonesia berhasil melampaui Amerika Serikat (51,6), Taiwan (51,5), Filipina (51,0), China (50,8), Thailand (50,6), Malaysia (49,7), Vietnam (49,2), Jepang (48,9), Myanmar (48,5), Jerman (46,1), dan Inggris (46,4). “Indonesia mencatatkan pertumbuhan tertinggi di tingkat ASEAN dan melampaui negara-negara manufaktur global yang masih mengalami fase kontraksi,” tegas Menperin.

Secara keseluruhan, peningkatan PMI manufaktur Indonesia pada Februari 2025 menjadi indikator kuat atas kinerja sektor industri yang tangguh dan optimistis, sekaligus menjadi bukti nyata keberhasilan strategi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Kesimpulan: Kenaikan signifikan PMI manufaktur Indonesia menunjukkan kekuatan dan ketahanan sektor industri dalam menghadapi tantangan ekonomi global. Hal ini menjadi sinyal positif bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan perlu didukung dengan langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan yang masih ada.