Aiptu Imam Ghozali: Dedikasi Polisi Keerom Mengentaskan Buta Aksara Al-Qur'an Selama 1 Dekade Lebih

Aiptu Imam Ghozali: Sosok Inspiratif di Balik Layar Pendidikan Agama Keerom

Di tengah tugasnya sebagai anggota Polri, Aiptu Imam Ghozali, seorang polisi yang bertugas di Keerom, Papua, telah mendedikasikan dirinya selama 12 tahun terakhir untuk membimbing anak-anak di wilayah tersebut dalam mempelajari Al-Qur'an. Pengabdiannya yang tulus ini bukan hanya sekadar menjalankan kewajiban, melainkan sebuah panggilan hati untuk mencerdaskan generasi muda dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.

Muhammad Nasir, tokoh masyarakat setempat yang juga anggota Bamuskam, mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Aiptu Imam. Menurutnya, Aiptu Imam adalah pribadi yang sangat baik dan memiliki metode pengajaran yang efektif, sehingga mampu menarik minat anak-anak untuk belajar membaca Al-Qur'an di Musholla Fathun Nadja. Keberhasilannya ini terbukti dengan semakin banyaknya anak-anak yang bergabung untuk belajar mengaji.

"Cara pengajarannya di musala itu bagus, anak-anak juga banyak yang ngaji di sana," ujar Nasir, menggambarkan antusiasme anak-anak terhadap kegiatan belajar mengaji yang diinisiasi oleh Aiptu Imam. Nasir sendiri pernah turut membantu mengajar di musala tersebut selama hampir dua tahun dan menerima insentif dari sumbangan para siswa sebesar Rp 15 ribu per bulan.

Awal Mula Pengabdian

Kisah pengabdian Aiptu Imam berawal dari keprihatinannya melihat kondisi anak-anak di Kampung Wiantri yang banyak belum mengenal Al-Qur'an. Bersama sang istri, ia memulai inisiatif sederhana untuk membimbing mereka membaca kitab suci tersebut. Kini, setelah lebih dari satu dekade, usahanya telah membuahkan hasil yang signifikan dengan jumlah santri mencapai 70 orang.

"Jadi antusias warga sangat mendukung sekali, sangat senang karena merasa anak-anaknya dibantu mengaji, mereka memberi sambutan baik sekali dari warga," kata Aiptu Imam, yang saat ini menjabat sebagai Ps Kanit Binmas Polsek Skanto, Polres Keerom.

Lebih dari Sekadar Membaca

Aiptu Imam tidak hanya fokus pada kemampuan membaca Al-Qur'an (tajwid), tetapi juga memberikan pemahaman tentang ilmu fikih, adab, dan sopan santun. Tujuannya adalah agar anak-anak tidak hanya pandai membaca Al-Qur'an, tetapi juga memiliki akhlak yang baik dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi masyarakat. Banyak dari santri yang telah menyelesaikan pendidikan di Musholla Fathun Nadja melanjutkan pendidikan mereka ke pondok pesantren di Pulau Jawa.

"Jadi mengajarnya di samping tajwid, ada ilmu fikih, terus mengajarkan juga tentang adab, supaya anak-anak kalau kembali ke rumah mereka lebih baik," imbuh Aiptu Imam.

Motivasi dan Harapan

Aiptu Imam sendiri memperoleh bekal ilmu agama saat tinggal di Jember, Jawa Timur. Ketika ditugaskan di Papua, ia merasa terpanggil untuk membagikan ilmunya kepada anak-anak di sana. Selain mengajar mengaji, Aiptu Imam juga aktif sebagai ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) di kampungnya dan seringkali menjadi khatib.

Ia bersyukur bahwa ilmu agama yang diajarkannya telah memberikan dampak positif bagi masyarakat Keerom. Aiptu Imam berharap kehadirannya di tengah-tengah warga dapat meningkatkan citra positif kepolisian dan mempererat kerukunan antarumat beragama.

"Jadi kepengin citra polisi lebih baik lagi dan warga juga mengetahui agama supaya terjalin kerukunan kebersamaan di antara umat beragama," pungkas Aiptu Imam.

Pengabdian Aiptu Imam Ghozali adalah contoh nyata bagaimana seorang anggota Polri dapat berkontribusi positif bagi masyarakat di luar tugas pokoknya. Dedikasinya dalam membimbing anak-anak belajar Al-Qur'an adalah inspirasi bagi kita semua untuk turut serta dalam mencerdaskan bangsa dan menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.