Soleh: Menghidupkan Kembali Layar Tancap di Tengah Keterbatasan Dana

Soleh: Menghidupkan Kembali Layar Tancap di Tengah Keterbatasan Dana

Di tengah gempuran teknologi dan hiburan modern, semangat Soleh (53) untuk melestarikan seni layar tancap patut diacungi jempol. Setelah dua tahun berjuang menghadirkan tontonan gratis bagi masyarakat, Soleh, bersama komunitasnya Operator Film (Operfi), bertekad membawa layar tancap ke level yang lebih serius. Namun, tantangan finansial menjadi batu sandungan utama.

"Saya ingin seperti itu. Cuma, ya kayaknya, gimana ya? Sekarang itu karena belum tentu juga, ya," ujar Soleh, menggambarkan keraguannya di tengah keterbatasan dana saat ditemui di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.

Perjuangan Tanpa Tiket: Mengandalkan Dana Mandiri

Selama ini, Operfi konsisten memutar film layar tancap tanpa memungut biaya sepeser pun dari penonton. Segala biaya operasional, mulai dari sewa gulungan film hingga perlengkapan lainnya, ditanggung sepenuhnya oleh komunitas. Kondisi ini tentu membatasi ruang gerak Operfi untuk mengembangkan kegiatan layar tancapnya.

Soleh tak menampik bahwa impiannya adalah menggandeng sponsor untuk meringankan beban operasional. "Pengen juga datangi sponsor. Kalau emang itu, biar ada pemasukan juga, ya. Tapi belum tergambar saja gimananya," ungkapnya penuh harap.

Menghidupi Layar Tancap dari Acara Khusus dan Dangdut

Saat ini, sumber pendapatan utama Operfi berasal dari tawaran jasa layar tancap di berbagai acara khusus. Tarif yang dipatok berkisar antara Rp 800.000 hingga Rp 1.000.000 per pemutaran, tergantung pada jenis film yang diminta dan jarak tempuh lokasi.

"Tergantung filmnya juga. Sewaannya dia maunya film apa. Kami mematok (tarif) tetap, karena kami juga kan nyewa rol filmnya," jelas Soleh.

Meski ada kalanya pelanggan membayar di bawah tarif standar, Soleh dan timnya tetap bersyukur jika ada yang memberikan makanan atau minuman sebagai bentuk apresiasi.

Selain dari layar tancap, Soleh juga memiliki sumber pendapatan lain, yaitu penyelenggaraan hiburan dangdut di Waduk Lebak Bulus, tak jauh dari rumahnya. Ia mengakui bahwa hiburan dangdut lebih diminati masyarakat dan prosesnya lebih sederhana dibandingkan pemutaran film.

"Sama adek juga ada dua lagi. Alat lainnya paling pake buat kontrol. Kontrol depan, kontrol belakang di panggungnya, sudah," katanya tentang tim kecilnya yang membantu penyelenggaraan dangdut.

Dangdut: Antara Rezeki dan Protes Warga

Dari panggung dangdut inilah, Soleh biasanya mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Namun, popularitas dangdut juga membawa konsekuensi tersendiri. Suara musik yang kencang di malam hari seringkali memicu protes dari warga sekitar, terutama mereka yang memiliki anak kecil dan lansia. Keluhan utama adalah gangguan kenyamanan akibat suara bising.

Sebelumnya, pemutaran film layar tancap juga sempat menimbulkan masalah serupa akibat penggunaan toa sebagai pengeras suara. Namun, Soleh kini lebih bijak dan menghindari penggunaan toa berlebihan.

"Ada sih yang pake toa, tapi toanya juga yang kecil. Suaranya enggak kenceng kayak dulu. Masih aman lah suaranya," ujar Soleh, berusaha menenangkan diri dan juga para tetangganya.

Harapan untuk Layar Tancap yang Lebih Baik

Di tengah segala keterbatasan dan tantangan, Soleh tetap optimis dan berharap agar layar tancap dapat terus eksis dan berkembang. Ia berharap akan ada dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan para sponsor, agar seni tradisional ini tetap hidup dan dinikmati oleh masyarakat.

Berikut adalah poin-poin penting dari perjuangan Soleh:

  • Konsistensi: Soleh dan Operfi telah dua tahun konsisten menghadirkan layar tancap gratis.
  • Keterbatasan Dana: Pendanaan mandiri menjadi tantangan utama dalam pengembangan layar tancap.
  • Diversifikasi Pendapatan: Selain layar tancap, Soleh juga mengandalkan hiburan dangdut.
  • Dampak Sosial: Kegiatan Soleh memiliki dampak sosial, baik positif (hiburan gratis) maupun negatif (kebisingan).
  • Harapan: Soleh berharap ada dukungan dari berbagai pihak untuk kelestarian layar tancap.

Dengan semangat dan dedikasinya, Soleh membuktikan bahwa kecintaan terhadap seni dan budaya tradisional dapat mengalahkan segala keterbatasan.