Merjosari: Menelusuri Jejak Sejarah dan Artefak Desa Kuno di Malang

Merjosari: Menelusuri Jejak Sejarah dan Artefak Desa Kuno di Malang

Malang, sebuah kota yang kaya akan sejarah dan budaya, menyimpan sebuah permata tersembunyi: Desa Merjosari. Dipercaya sebagai desa tertua di wilayah ini, Merjosari menyimpan catatan panjang peradaban yang terentang lebih dari delapan abad. Desa ini, yang kini menjadi bagian dari Kelurahan Lowokwaru, Kota Malang, dulunya adalah Desa Merjosari yang masuk wilayah Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jejak sejarahnya dapat ditelusuri hingga era Kerajaan Singosari, Kediri, dan Mataram Islam, menjadikannya saksi bisu perjalanan panjang peradaban di Jawa Timur. Keberadaan desa ini juga diperkuat oleh berbagai temuan situs bersejarah yang tersebar di seluruh wilayahnya, semakin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pusat peradaban kuno.

Asal Usul Nama yang Terinspirasi dari Sungai

Nama Merjosari sendiri menyimpan makna mendalam yang terkait erat dengan alam. Menurut para ahli purbakala, Suwardono dan Rakai Hino, nama ini berasal dari kata "Amrtajayasri," yang kemudian mengalami perubahan fonetik menjadi "Merto." Kata "Merto" ini diyakini merujuk pada nama sungai yang mengalir membelah desa, memberikan kehidupan dan menjadi sumber inspirasi bagi penamaan wilayah ini. Bukti mengenai hal ini juga diperkuat dengan adanya catatan pada Staatblad nomor 16 tahun 1819.

Merjosari: Dahulu Kala Tempat Suci

Lebih dari sekadar permukiman, Merjosari dulunya merupakan tempat suci yang dihormati. Hal ini diperkuat dengan penemuan Prasasti Kertajaya atau Merjosari II di dekat rumah petinggi Djojoredjo, yang memuat inskripsi dalam aksara dan penanggalan Jawa Kuno. Berdasarkan kajian mendalam terhadap prasasti tersebut, para ahli menyimpulkan bahwa tanggal 3 Mei 1216 Masehi, yang tertera di prasasti, merupakan hari penting bagi masyarakat setempat untuk melakukan ritual tapa di hutan atau wihara. Wihara tersebut merupakan peninggalan Raja Kertajaya yang dibangun oleh Rakryan Manguri dengan nama wihara pertapaan Sang Apanji Durggati Rakryan Juru Baba Kaki Ganjar. Tradisi sebagai tempat suci ini masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Merjosari hingga saat ini, salah satunya melalui kegiatan Bersih Desa dan doa bersama di Makam Eyang Djojo Tirto Rodjo, seorang tokoh penting dari Kerajaan Mataram Islam yang pernah berkuasa di wilayah ini.

Jejak Artefak Bersejarah di Setiap Sudut Desa

Merjosari menyimpan kekayaan arkeologis yang luar biasa. Berdasarkan data dari Museum Mpu Purwa, setidaknya terdapat 12 titik lokasi yang menyimpan benda cagar budaya (BCB) yang tersebar di berbagai sudut desa. Temuan-temuan ini memberikan gambaran tentang kehidupan dan peradaban masyarakat Merjosari di masa lampau.

Berikut adalah beberapa situs penting yang dapat ditemukan di Merjosari:

  • Dukuh Candri (Jl. Mertojoyo Barat): Sepuluh batu umpak, fragmen bata, dan arca dapat ditemukan di lokasi ini, yang terletak di sebelah barat Masjid Al Ikhlas.
  • Dukuh Sempol (Jl. Mertojoyo Barat Dalam): Arca Vyala Singa dan fragmen pondasi bata menjadi saksi bisu kejayaan masa lalu di kawasan Perum Dinoyo Residence.
  • Dukuh Gandul (Jl. Joyo Pranoto Merjosari): Dua batu Makara yang dilaporkan oleh Belanda dapat ditemukan di pekarangan Pak Legimin.
  • Perempatan Depan Kantor Kelurahan Merjosari: Sebuah tempat Yoni berbentuk kubus polos menjadi penanda penting di pusat desa.
  • Belakang Pos Kamling Jl. Joyo Utomo Gg. IX: Tempat Yoni lain, yang dilaporkan oleh Belanda berada di sawah Mbok Ratemo, dapat ditemukan di lokasi ini.
  • Jl. Mertojoyo (Kawasan Taman Singha): Tempat Yoni dan struktur bata kuno, yang kini berada di rumah Pak Hari Kurniawan alias Kibat, menjadi bukti peradaban kuno yang tersembunyi.
  • Kampus UNIGA (Jl. Mertojoyo Blok L): Sebuah arca Buddha perunggu menjadi simbol toleransi dan keberagaman agama di masa lampau.
  • Jl. Joyo Suko Gg. II: Situs Pasidikan dengan fragmen pondasi bata dan arca yang belum selesai menjadi bukti kegiatan seni dan budaya yang berkembang di desa ini.
  • Jl. Joyo Suko & Jl. Joyo Tamansari I: Situs Urung-Urung, atau Goa Bawah Tanah, menawarkan misteri dan tantangan bagi para penjelajah sejarah.
  • Sawah Kasin-Merjosari: Tempat Yoni dan Batu Lumpang menjadi saksi bisu aktivitas pertanian dan kehidupan sehari-hari masyarakat Merjosari di masa lalu.

Keberadaan situs-situs bersejarah ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Merjosari. Upaya pelestarian dan pengembangan situs-situs ini diharapkan dapat meningkatkan potensi wisata sejarah dan budaya di Malang, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan warisan peradaban.

Dengan kekayaan sejarah dan budaya yang dimilikinya, Merjosari bukan hanya sekadar desa tertua di Malang, tetapi juga sebuah jendela yang menghubungkan kita dengan masa lalu, mengingatkan kita akan akar peradaban yang telah membentuk identitas kita saat ini.