Tragedi di Surabaya: Anak Muda Diduga Habisi Nyawa Ayah Kandung Akibat Sakit Hati

Tragedi di Surabaya: Anak Muda Diduga Habisi Nyawa Ayah Kandung Akibat Sakit Hati

Surabaya digegerkan dengan penemuan jasad M. Saluki (65) di tepi Jalan Pattimura, Sukomanunggal. Pria lanjut usia ini diduga menjadi korban pembunuhan yang dilakukan oleh anak kandungnya sendiri, Abner Uki Oktavian (22). Peristiwa tragis ini menggemparkan warga sekitar dan memicu penyelidikan mendalam dari pihak kepolisian.

Penemuan Jasad dan Penyelidikan Awal

Jasad M. Saluki ditemukan oleh warga pada Minggu (6/4) sekitar pukul 05.00 WIB. Kondisi korban yang mencurigakan segera dilaporkan kepada pihak berwajib. Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Aris Purwanto, mengungkapkan bahwa berdasarkan penyelidikan awal, Abner diduga kuat sebagai pelaku pembunuhan.

"Saat di lokasi kejadian, pelaku dan korban yang berboncengan motor berhenti. Pelaku kemudian menggunakan sikunya untuk menyerang bagian belakang kepala korban, tepatnya dahi, yang menyebabkan korban terjatuh dari motor," jelas AKBP Aris dalam konferensi pers yang digelar pada Rabu (9/4/2025).

Setelah korban terjatuh, Abner tega meninggalkan ayahnya yang masih bernapas di pinggir jalan. Tindakan keji ini menunjukkan adanya perencanaan dan intensi yang kuat dari pelaku untuk melukai, bahkan menghilangkan nyawa korban.

Motif Pembunuhan: Sakit Hati yang Memicu Tindakan Brutal

Motif di balik pembunuhan ini terungkap sebagai akumulasi sakit hati dan kekesalan yang dirasakan oleh Abner terhadap ayahnya. Menurut pengakuan pelaku, ia seringkali disalahkan oleh korban, termasuk istrinya dan mertuanya.

"Motifnya karena pelaku kesal dan sakit hati sebab sepanjang perjalanan yang bersangkutan disalahkan (oleh korban), istrinya juga disalahkan termasuk mertuanya. Sehingga dia khilaf dan sakit hati," terang AKBP Aris. Kekesalan yang menumpuk ini akhirnya memicu tindakan brutal Abner yang berujung pada hilangnya nyawa sang ayah.

Hasil Autopsi: Kekerasan Tumpul Sebabkan Kematian

Dokter forensik RS. Bhayangkara, dr. Mustika, menjelaskan hasil autopsi yang menunjukkan bahwa korban meninggal dunia akibat kekerasan tumpul pada bagian kepala.

"Tidak ada tanda kekerasan lain, kami temukan tanda mati lemas atau kekurangan oksigen. Sebab kematian karena kekerasan tumpul pada kepala yang menyebabkan perdarahan dan patah tulang kepala belakang," jelas dr. Mustika. Cedera parah pada kepala belakang ini menjadi penyebab utama kematian M. Saluki.

Kasus pembunuhan ini menjadi pengingat akan pentingnya menjaga komunikasi dan menyelesaikan konflik secara baik-baik dalam keluarga. Akumulasi emosi negatif dan kurangnya komunikasi yang efektif dapat memicu tindakan kekerasan yang merugikan semua pihak. Pihak kepolisian masih terus mendalami kasus ini untuk mengungkap seluruh fakta dan memastikan pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal.