Nostalgia Sinema: Layar Tancap di Lebak Bulus Hidupkan Kembali Kenangan Film Klasik

Demam digital tak memadamkan pesona layar tancap. Di sudut Jakarta Selatan, tepatnya di sekitar Waduk Lebak Bulus, tradisi menonton film di bawah langit terbuka ini masih berdenyut, menghidupkan kembali kenangan sinema klasik bagi para penikmatnya.

Soleh (53), seorang anggota Operator Film (Operfi), adalah sosok di balik layar yang menjaga api layar tancap tetap menyala. Bersama komunitasnya, ia rutin menggelar pemutaran film dengan peralatan bioskop lawas, menggunakan gulungan pita seluloid yang disewanya dari toko-toko khusus.

"Kami ingin memberikan pengalaman menonton film yang berbeda, yang mungkin belum pernah dirasakan oleh generasi muda," ujar Soleh, dengan mata berbinar.

Keunikan layar tancap ini tak hanya terletak pada medianya, tetapi juga pada keberagaman film yang ditayangkan. Pengunjung dapat menikmati berbagai genre dan bahasa, mulai dari film Indonesia, Inggris, Mandarin, Korea, hingga India. Tak perlu khawatir soal kendala bahasa, karena tersedia teks terjemahan berbahasa Indonesia.

Dalam satu malam, beberapa layar akan dipasang untuk menayangkan film yang berbeda. Setiap layar memiliki tema khusus, seperti film India, film Barat dan Mandarin, film Indonesia, bahkan film horor.

"Ada dua unit khusus untuk film India. Lalu ada layar khusus untuk film Barat dan Mandarin, serta layar khusus untuk film Indonesia. Di sini juga ada layar khusus untuk film horor," jelas Soleh saat ditemui di Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2025).

Kegiatan layar tancap ini tidak hanya berpusat di Lebak Bulus. Soleh dan timnya secara bergantian mencari lokasi di wilayah Jabodetabek untuk menggelar pemutaran film. Sistemnya mirip arisan, di mana anggota yang terpilih bertugas mencari lokasi yang cocok.

"Setiap arisan, kami kocok siapa yang dapat giliran. Dia yang bertugas mencari lokasi untuk pemutaran film. Misalnya di Rempoa, Pamulang, Meruyung, atau Cinangka," ungkap Soleh.

Menariknya, acara layar tancap ini terbuka untuk umum dan gratis. Tidak ada biaya yang dipungut untuk menikmati pengalaman menonton film jadul dengan cara yang jadul ini. Namun, tidak ada jadwal pasti untuk pemutaran film. Informasi biasanya disebarkan dari mulut ke mulut.

"Kami tidak membuat jadwal khusus. Kalau lagi iseng dan ingin memutar film, kami langsung mengajak teman-teman untuk berkumpul dan menonton bersama," cerita Soleh.

Bagi masyarakat yang ingin merasakan pengalaman layar tancap secara eksklusif, Soleh dan timnya juga menerima jasa penyewaan untuk acara-acara khusus seperti hajatan, ulang tahun, atau acara keluarga. Mereka juga terbuka untuk permintaan film tertentu.

"Kami menyewakan jasa layar tancap untuk berbagai acara. Tarifnya bervariasi, tergantung jarak dari gudang alat ke lokasi acara dan jenis film yang diputar," kata Soleh.

Dalam waktu dekat, pemutaran film di Waduk Lebak Bulus akan kembali digelar pada Sabtu (12/4/2025) malam. Empat film berbeda akan diputar di lokasi yang berbeda. Pemutaran film akan dimulai setelah shalat Isya, dan penonton dapat bergabung tanpa dipungut biaya.

Berikut beberapa hal menarik yang bisa Anda temukan di acara layar tancap Lebak Bulus:

  • Peralatan Bioskop Lawas: Rasakan sensasi menonton film dengan proyektor dan layar yang digunakan di bioskop pada era lampau.
  • Film Beragam Genre: Nikmati pilihan film dari berbagai genre dan bahasa, mulai dari drama, komedi, horor, hingga film Bollywood yang penuh warna.
  • Suasana Nostalgia: Rasakan kembali suasana menonton film di bawah langit terbuka, ditemani suara deru mesin proyektor dan tawa penonton.
  • Komunitas Pecinta Film: Bertemu dan berinteraksi dengan sesama pecinta film yang memiliki minat yang sama.
  • Gratis: Nikmati semua keseruan ini tanpa dipungut biaya.

Layar tancap Lebak Bulus bukan sekadar tempat menonton film, tetapi juga ruang untuk bernostalgia, menjalin komunitas, dan menghidupkan kembali kenangan indah masa lalu. Jadi, tunggu apa lagi? Ajak teman dan keluarga Anda untuk merasakan pengalaman sinema yang tak terlupakan ini!