Dodol Ny Lauw: Kisah Manis Tiga Generasi dari Tangerang yang Melegenda

Dodol Ny Lauw: Kisah Manis Tiga Generasi dari Tangerang yang Melegenda

Menginjakkan kaki di area produksi Dodol Ny Lauw, aroma khas kelapa segar langsung menyambut, seolah menjadi gerbang menuju tradisi pembuatan dodol yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Di sebuah sudut, terlihat kesibukan para pekerja mengupas kelapa, bahan utama yang menjadi jantung dari setiap gigitan dodol yang dihasilkan.

Memasuki bagian dalam pabrik, suasana semakin hidup dengan aktivitas para pekerja yang terbagi dalam berbagai tugas. Beberapa orang tampak berfokus pada proses pengadukan santan dan adonan dodol di dalam kuali-kuali berukuran besar. Di sisi lain, sejumlah pekerja dengan sigap menjaga bara api di bawah deretan oven raksasa, memastikan panas yang stabil untuk proses pematangan dodol dan kue keranjang yang optimal.

Momentum Tahun Baru Imlek menjadi puncak produksi Dodol Ny Lauw. Ketika tutup oven dibuka oleh beberapa pria, terlihat ratusan kilogram kue keranjang yang siap memanjakan lidah para pelanggan. Winawati, atau akrab disapa Ci Lin, pemilik usaha Dodol Ny Lauw, mengungkapkan bahwa menjelang Imlek, permintaan dodol bisa mencapai 500 kg per hari, sementara kue keranjang bahkan mencapai 1 ton per hari.

Kue keranjang menjadi produk spesial yang hanya diproduksi setahun sekali, khusus menyambut perayaan Imlek hingga Cap Go Meh. Popularitas Dodol Ny Lauw telah merambah hingga ke luar kota, sehingga produksi kue keranjang dilakukan dalam skala besar untuk memenuhi permintaan yang tinggi. Bukan hanya pelanggan perorangan, wihara-wihara di sekitar Tangerang juga turut memesan kue keranjang dari Ny Lauw untuk perayaan Imlek.

Sejarah Dodol Ny Lauw berawal dari Lauw Su Lim, seorang perantau yang menetap di Tangerang sejak tahun 1960-an. Lokasi produksinya berada di Jalan Pintu Air Timur Bouraq, Neglasari, Kota Tangerang. Lauw Kim Tay, suami Ci Lin, merupakan cucu dari sang pendiri. Sejak kecil, ia telah membantu kakeknya dalam proses pembuatan dodol dan kue keranjang.

"Dulu suami saya setiap pulang sekolah bantu kakeknya mengaduk adonan. Sehari cuma 10 sampai 15 kg saja waktu itu," kenang Ci Lin.

Ci Lin berkomitmen untuk menjaga warisan keluarga ini. Bukan hanya resep dan cita rasa yang legendaris, tetapi juga tradisi para pekerja yang datang berbondong-bondong menjelang Imlek untuk membantu proses produksi.

"Sebenarnya kami bisa ganti karyawan pakai mesin modern, tetapi kasihan mereka. Karyawan saya itu turun-temurun juga dari bapak atau kakek neneknya. Mereka sudah terbiasa setiap mau Imlek pasti datang ramai-ramai buat aduk dodol di sini," jelasnya.

Lebih dari sekadar keuntungan materi, Ci Lin ingin berbagi rezeki dengan membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Ratusan karyawan terlibat dalam berbagai tahap produksi, mulai dari pengolahan bahan baku, pembuatan produk, hingga pengemasan. Semua ini dilakukan untuk menghasilkan oleh-oleh khas Kota Tangerang yang telah dikenal selama lebih dari 60 tahun.

Dodol Ny Lauw bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol tradisi, kerja keras, dan semangat berbagi yang telah mengakar kuat dalam keluarga Lauw selama tiga generasi.