Aktivitas Vulkanik Meningkat, Gunung Ile Lewotolok Erupsi Ratusan Kali dalam Sehari
Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan pada hari Selasa, 8 April 2025. Data dari Pos Pengamat Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok mencatat sebanyak 146 kali letusan terjadi dalam rentang waktu 24 jam, mulai pukul 00.00 hingga 24.00 Wita.
Letusan-letusan tersebut tidak hanya terjadi berulang kali, tetapi juga disertai dengan suara gemuruh dan dentuman yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar. Bahkan, petugas pengamat melaporkan adanya lontaran lava pijar dari area kawah, menandakan intensitas erupsi yang cukup tinggi.
Syawaludin, petugas PGA Ile Lewotolok, mengungkapkan bahwa durasi letusan bervariasi antara 26 hingga 116 detik, dengan amplitudo yang tercatat antara 14.4 hingga 37.2 mm. Kolom abu yang dihasilkan mencapai ketinggian antara 100 hingga 300 meter di atas puncak kawah, dengan warna asap yang bervariasi antara putih dan kelabu.
Secara visual, Gunung Ile Lewotolok saat ini berada pada status Level II atau Waspada. Kondisi visual gunung api terlihat jelas, meskipun terkadang tertutup kabut tipis. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tipis hingga sedang, dengan ketinggian antara 50 hingga 100 meter di atas puncak kawah.
Selain letusan, aktivitas kegempaan juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tercatat sebanyak 215 kali gempa embusan dengan amplitudo antara 1.2 hingga 21.1 mm dan durasi antara 24 hingga 148 detik. Selain itu, terekam juga:
- Tiga kali tremor non-harmonik dengan amplitudo 1.3-6.3 mm dan durasi 116-147 detik.
- Delapan kali tremor harmonik dengan amplitudo 1.3-7.2 mm dan durasi 42-176 detik.
- Dua kali gempa vulkanik dalam dengan amplitudo 1.9-2.3 mm, S-P 0.5-0.9 detik, dan durasi 13-14 detik.
Melihat peningkatan aktivitas vulkanik ini, Syawaludin mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Gunung Ile Lewotolok untuk meningkatkan kewaspadaan. Masyarakat diimbau untuk tidak memasuki atau melakukan aktivitas apapun di dalam radius bahaya yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang. Area yang termasuk dalam radius bahaya ini meliputi desa-desa seperti Lamatokan, Jontona, Todanara, dan Amakaka. Peningkatan aktivitas ini memerlukan perhatian serius dan kesiapsiagaan dari seluruh pihak, baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat, untuk mengantisipasi potensi dampak yang mungkin terjadi akibat erupsi Gunung Ile Lewotolok.