Eskalasi Tarif Trump Ancam Pasar Keuangan Global, Sri Mulyani Imbau Kewaspadaan

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kekhawatiran mendalam terkait dampak kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Dalam sebuah forum ekonomi yang diselenggarakan oleh Sekretariat Presiden pada hari Selasa, 8 April 2025, Sri Mulyani secara terbuka menyatakan bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan Trump tidak didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi yang rasional, dan telah memicu gejolak negatif di pasar keuangan global.

Sri Mulyani menyoroti bagaimana respons Tiongkok terhadap kebijakan AS, yang awalnya diperkirakan akan menahan diri, justru berujung pada tindakan balasan yang agresif. Eskalasi ini, menurutnya, memperburuk kondisi pasar keuangan secara signifikan. "Ini menimbulkan eskalasi, makanya pemburukan di pasar uang dalam dua hari terakhir ini karena respon kedua sesudah China menyampaikan retaliasi," ujarnya.

Ancaman Trump untuk meningkatkan tarif hingga 50% setelah respons Tiongkok semakin memperkeruh suasana. Sri Mulyani menekankan pentingnya menghadapi situasi ini dengan sikap terbuka, pragmatis, dan lincah. Dia juga menyinggung dampak kebijakan tarif impor Trump terhadap bursa saham, di mana investor merespons negatif perang dagang yang sedang berlangsung. Keputusan Trump menetapkan tarif resiprokal terhadap sejumlah negara telah menimbulkan sentimen negatif di kalangan investor.

"Investor portfolio merespons negatif kebijakan China. Kita semuanya hari ini adalah hari pertama pembukaan bursa, dan kita sudah melihat Indonesia tadi sesi yang kedua di bawah, 8%, 7,7%," kata Sri Mulyani. Menkeu juga menjelaskan bahwa banyak negara yang mengalami koreksi indeks harga saham yang sangat dalam akibat kebijakan tersebut.

Berikut poin-poin penting yang disampaikan Sri Mulyani mengenai dampak kebijakan tarif Trump:

  • Eskalasi Perang Dagang: Kebijakan tarif timbal balik Trump telah memicu eskalasi perang dagang antara AS dan Tiongkok, yang berdampak negatif pada pasar keuangan global.
  • Respon Investor: Investor merespons negatif ketidakpastian yang disebabkan oleh perang dagang, yang menyebabkan penurunan indeks harga saham di banyak negara.
  • Dampak pada Bursa Saham: Bursa saham di berbagai negara mengalami koreksi yang signifikan akibat sentimen negatif yang dipicu oleh kebijakan tarif Trump.
  • Kesiapan Bank Indonesia: Bank Indonesia telah menyiapkan langkah-langkah untuk menghadapi gejolak pasar keuangan yang mungkin terjadi.
  • Perbandingan dengan Pandemi COVID-19: Meskipun gejolak saat ini signifikan, Sri Mulyani menilai bahwa dampaknya masih dapat dikelola dibandingkan dengan masa pandemi COVID-19.

Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah Indonesia terus memantau situasi dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan pasar keuangan. Dia juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak panik dalam menghadapi ketidakpastian global ini.

Untuk menghadapi potensi guncangan, Bank Indonesia telah menyiapkan sejumlah langkah stabilisasi pasar. Sri Mulyani mengakui bahwa tekanan terhadap pasar keuangan bukanlah fenomena baru, namun kewaspadaan tetap diperlukan. Kendati demikian, ia menekankan bahwa gejolak saat ini masih dalam batas yang terkendali dibandingkan dengan krisis yang terjadi selama pandemi COVID-19.

"Tapi kalau kita bandingkan pada saat COVID, kenaikannya sebetulnya masih relatively manageable. Tapi ini menggambarkan suasananya, alarmnya mulai berbunyi. Jadi kita harus juga tetap hati-hati, tanpa panik," tutupnya. Pernyataan ini sekaligus menjadi seruan bagi seluruh pihak untuk bersikap hati-hati dan responsif terhadap perkembangan situasi ekonomi global, tanpa terjebak dalam kepanikan yang berlebihan.