Kebangkitan Dire Wolf: Spesies Purba yang Terinspirasi 'Game of Thrones' Hidup Kembali Melalui Rekayasa Genetika
Kebangkitan Dire Wolf: Spesies Purba yang Terinspirasi 'Game of Thrones' Hidup Kembali Melalui Rekayasa Genetika
Kisah fiksi Game of Thrones menghidupkan kembali makhluk legendaris, Dire Wolf, kini menjadi kenyataan. Spesies Anecyon dirus, yang punah sekitar 13.000 tahun lalu, berhasil dihidupkan kembali melalui terobosan rekayasa genetika oleh Colossal Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Texas, Amerika Serikat.
Keberhasilan ini ditandai dengan kelahiran tiga anak serigala Dire yang diberi nama Romulus, Remus, dan Khaleesi. Mereka merupakan hasil dari pemanfaatan DNA fosil serigala Dire purba yang dikombinasikan dengan gen dari kerabat terdekat mereka yang masih hidup, yaitu serigala abu-abu. CEO Colossal, Ben Lamm, mengungkapkan bahwa timnya berhasil mengekstrak DNA dari gigi berusia 13.000 tahun dan tengkorak berusia 72.000 tahun untuk menghasilkan anak serigala Dire yang sehat.
Proses kebangkitan spesies ini melibatkan kloning garis sel berkualitas tinggi melalui transfer inti sel somatik ke dalam sel telur donor, yang kemudian ditransfer ke induk anjing pengganti. Induk pengganti tersebut berhasil melahirkan pada Januari 2025. DNA purba diperoleh dari fosil gigi yang ditemukan di Ohio (berusia sekitar 13.000 tahun) dan tulang telinga bagian dalam dari Idaho (berusia sekitar 72.000 tahun).
Saat ini, Romulus dan Remus, dua anak serigala jantan berusia enam bulan, serta Khaleesi, anak serigala betina, tinggal di suaka aman seluas lebih dari 2.000 hektar. Mereka dirawat oleh 10 staf yang berdedikasi penuh waktu. Penamaan Khaleesi sendiri merupakan penghormatan kepada karakter Daenerys Targaryen dari Game of Thrones, yang diperankan oleh Emilia Clarke.
Dire Wolf: Predator Zaman Es
Dire Wolf adalah predator puncak yang pernah mendiami Amerika Utara bersama dengan mastodon dan harimau bertaring pedang selama Zaman Es. Mereka memangsa berbagai hewan besar seperti kuda, bison, dan kemungkinan juga mamut. Kepunahan massal mangsa mereka akibat perburuan oleh manusia purba menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kepunahan Dire Wolf. Serigala abu-abu kemudian mengisi kekosongan ekologis yang ditinggalkan oleh Dire Wolf.
Secara fisik, Dire Wolf lebih besar dan lebih kuat dari serigala abu-abu. Mereka memiliki ukuran 25% lebih besar, dengan rahang dan bahu yang lebih berotot. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah predator yang sangat kuat dan mampu berburu mangsa yang besar.
Implikasi dan Tujuan Masa Depan
Colossal Biosciences, yang didirikan oleh Ben Lamm dan ahli biologi dari Harvard Medical School, George Church, memiliki tujuan yang ambisius. Selain Dire Wolf, perusahaan ini juga berupaya menghidupkan kembali mamut berbulu, harimau Tasmania, dan burung dodo. Mereka bahkan telah berhasil merekayasa genetika tikus berbulu pada bulan lalu.
Inisiatif ini tidak hanya merupakan pencapaian ilmiah yang luar biasa, tetapi juga memiliki implikasi penting bagi konservasi dan pelestarian spesies. Mason, seorang ahli di bidang bioteknologi, menyatakan bahwa ini adalah lompatan teknologi luar biasa dalam upaya rekayasa genetika, baik untuk sains maupun untuk konservasi dan pelestarian kehidupan. Ini juga merupakan contoh luar biasa dari kekuatan bioteknologi untuk melindungi spesies, baik yang masih ada maupun yang sudah punah.
Kebangkitan Dire Wolf menandai era baru dalam biologi konservasi, di mana teknologi rekayasa genetika dapat digunakan untuk memulihkan keanekaragaman hayati yang hilang dan melindungi spesies yang terancam punah.