Evaluasi Kebijakan Ekonomi: Prabowo Soroti Kuota Impor, TKDN, dan Dampak Tarif Global terhadap Pasar Saham Domestik
Prabowo Minta Penghapusan Kuota Impor Demi Kesejahteraan Rakyat
Presiden Prabowo Subianto telah menginstruksikan penghapusan kuota impor, khususnya untuk komoditas esensial yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat luas. Instruksi ini disampaikan kepada sejumlah menteri kabinet, termasuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, serta Ketua Dewan Energi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan. Presiden menekankan bahwa penghapusan kuota impor akan membuka akses yang lebih luas terhadap barang-barang kebutuhan pokok, sehingga menekan potensi kelangkaan dan menjaga stabilitas harga. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI di Jakarta, Prabowo juga menyampaikan arahan serupa kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dan Menteri Perdagangan Budi Santoso. Langkah ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mereformasi kebijakan impor demi kepentingan rakyat.
Fleksibilitas TKDN dan Insentif untuk Mendorong Pertumbuhan Industri
Presiden Prabowo juga menyoroti pentingnya fleksibilitas dalam penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Menurutnya, alih-alih terpaku pada regulasi yang kaku, pemenuhan TKDN sebaiknya diganti dengan pemberian insentif. Pendekatan ini diharapkan dapat mendorong industri dalam negeri untuk meningkatkan daya saing dan berinovasi, tanpa terbebani oleh aturan yang memberatkan. Presiden menekankan bahwa pengembangan kemampuan dalam negeri memerlukan investasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, dan teknologi (IPTEK), bukan hanya melalui regulasi TKDN yang ketat.
Sri Mulyani: Era Persaingan Global dan Dampak Tarif Trump
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti perubahan lanskap ekonomi global akibat kebijakan tarif timbal balik impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Kebijakan ini telah memicu persaingan yang ketat antarnegara dan menghilangkan batasan antara kawan dan lawan dalam perdagangan internasional. Sri Mulyani menjelaskan bahwa sebelum kebijakan tarif Trump, Indonesia masih mengandalkan jaringan rantai pasok global yang didasarkan pada prinsip saling berbagi antar wilayah. Namun, dengan adanya tarif timbal balik, negara-negara di dunia harus bersaing secara lebih agresif untuk mempertahankan pangsa pasar mereka.
Volatilitas Pasar Saham: IHSG Terkoreksi Setelah Trading Halt
Setelah Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan penghentian perdagangan sementara atau trading halt, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih menunjukkan pelemahan. Pada pukul 09.38 WIB, IHSG berada di level 5.987, atau turun 8,03 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Sejumlah besar saham mengalami penurunan, sementara hanya sebagian kecil yang berhasil mencatatkan kenaikan. Volatilitas pasar saham ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap berbagai faktor ekonomi global dan domestik.
Analisis Saham BBCA: Peluang Investasi Jangka Panjang?
Di tengah volatilitas pasar, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dinilai menarik bagi investor jangka panjang. Analis pasar modal dari PT Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, menyoroti bahwa koreksi signifikan yang dialami saham BBCA jarang terjadi dalam sejarah. Menurutnya, level harga saat ini menawarkan peluang yang menarik bagi investor jangka panjang, mengingat BBCA cenderung menjadi salah satu saham yang paling cepat rebound ketika pasar kembali pulih.
Disclaimer: Artikel ini hanya bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan investasi.