Malaysia Ungguli Singapura dalam Industri Data Center: Investasi Tiongkok Pacu Pertumbuhan Pesat

Malaysia Jadi Magnet Investasi Data Center, Lampaui Singapura

Kecerdasan buatan (AI) mendorong transformasi digital secara global, dan Malaysia muncul sebagai pemain kunci dalam industri data center di Asia Tenggara. Gelombang investasi besar-besaran, terutama dari perusahaan teknologi Tiongkok, telah memposisikan Malaysia sebagai pusat data center yang berkembang pesat, bahkan melampaui Singapura.

Faktor Penarik Investasi ke Malaysia

Beberapa faktor strategis menjadi daya tarik utama Malaysia bagi investor data center, khususnya dari Tiongkok:

  • Hubungan Bilateral yang Stabil: Hubungan politik dan ekonomi yang stabil antara China dan Malaysia menciptakan iklim investasi yang kondusif.
  • Biaya Operasional yang Kompetitif: Biaya listrik yang lebih rendah dibandingkan negara lain di kawasan menjadi insentif finansial yang signifikan.
  • Akses ke Semikonduktor: Akses ke semikonduktor canggih, meskipun dengan pembatasan kuantitas, menjadi keunggulan tersendiri bagi perusahaan Tiongkok yang terkena dampak pembatasan ekspor AS.
  • Ketersediaan Sumber Daya: Malaysia memiliki sumber daya yang memadai, termasuk energi, air, lahan, dan tenaga kerja terampil, untuk mendukung pertumbuhan industri data center.

Joe Gao dari IBuffett Investment Management menekankan bahwa perusahaan-perusahaan China adalah klien utama pusat data di Malaysia dan wilayah Asia Tenggara lainnya.

Pertumbuhan Kapasitas Data Center yang Eksponensial

Dalam kurun waktu singkat, Malaysia telah menyaksikan pertumbuhan kapasitas data center yang fenomenal. Antara tahun 2021 dan 2024, kapasitas data center di Malaysia melonjak hampir dua kali lipat. Saat ini, terdapat 54 pusat data dengan total kapasitas 504,9 megawatt. Proyek pembangunan area pusat data oleh konglomerat lokal YTL Corporation, dengan kapasitas 605 megawatt, akan semakin memperkuat posisi Malaysia.

Yeoh Keong Hann, eksekutif senior YTL, menyatakan keyakinannya bahwa Malaysia berada dalam posisi yang menguntungkan untuk memanfaatkan revolusi AI. Ketersediaan energi, air, lahan, dan bakat manusia akan memicu pertumbuhan pesat di sektor ini.

Pergeseran Posisi dari Singapura

Malaysia berhasil menarik investasi data center yang sebelumnya terpusat di Singapura. Singapura mulai memberlakukan pembatasan pada tahun 2019 karena kekhawatiran terkait penggunaan lahan, air, dan energi. Pergeseran ini membuka peluang bagi Malaysia, yang kini menjadi tujuan utama perusahaan seperti Alibaba Cloud dan ByteDance untuk membangun pusat data yang mendukung operasi global mereka.

Biaya operasional data center di Malaysia sekitar 30% lebih rendah dibandingkan di Singapura. Hal ini menjadi daya tarik bagi puluhan ribu perusahaan Tiongkok yang menggunakan pusat data Malaysia untuk menyimpan data dari media sosial, e-commerce, dan sistem AI.

Tantangan dan Risiko

Namun, ketergantungan pada investasi Tiongkok juga membawa risiko geopolitik. Peraturan AS yang lebih ketat dapat memaksa pusat data untuk mengungkap rincian kepemilikan atau membatasi penyediaan daya komputasi untuk model AI China. Selain itu, keberlanjutan sumber daya untuk mendukung fasilitas data center juga menjadi perhatian.

Persaingan dengan Indonesia

Indonesia juga berupaya mengembangkan industri data center, terutama di Batam. Namun, Johor, Malaysia, telah menjadi pesaing yang signifikan dalam tiga tahun terakhir. Singapura, sebagai hub data center utama di Asia Tenggara, telah mencapai kapasitas penuh, sehingga mendorong investasi ke wilayah sekitarnya, termasuk Batam dan Johor.

CEO NeutraDC, Andreuw Thonilus Albert, menyoroti insentif yang diberikan oleh pemerintah Johor, seperti pajak gratis dan penurunan harga listrik, sebagai faktor penarik investasi data center. Indonesia perlu memberikan insentif yang kompetitif untuk memenangkan persaingan di pasar data center.

Kesimpulan

Malaysia telah berhasil memposisikan diri sebagai pusat data center yang berkembang pesat di Asia Tenggara, didorong oleh investasi Tiongkok dan faktor-faktor strategis lainnya. Meskipun terdapat tantangan dan risiko yang perlu diatasi, Malaysia memiliki potensi untuk terus tumbuh dan menjadi pemain kunci dalam industri data center global.