Retaliasi Tarif China Dikecam AS: Langkah yang Merugikan dalam Perang Dagang
Retaliasi Tarif China Dikecam AS: Langkah yang Merugikan dalam Perang Dagang
Pemerintah Amerika Serikat mengecam keras langkah China yang memberlakukan tarif balasan sebesar 34% terhadap impor barang-barang AS. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyebut tindakan tersebut sebagai "kesalahan besar" dan eskalasi yang tidak perlu dalam perang dagang yang sedang berlangsung.
Bessent, dalam sebuah wawancara dengan CNBC, menegaskan bahwa AS memiliki posisi yang lebih kuat dalam perseteruan dagang ini. Ia berpendapat bahwa China memainkan "kartu yang lemah" karena ekspor AS ke China hanya seperlima dari impor AS dari China. Dengan kata lain, menurut Bessent, China lebih banyak kehilangan daripada AS jika perang tarif berlanjut.
"Apa ruginya bagi kita jika China menaikkan tarif terhadap kita? Ekspor kita ke mereka hanya seperlima dari apa yang mereka ekspor ke kita, jadi itu adalah posisi yang merugikan bagi mereka," ujar Bessent.
Bessent menyarankan agar China lebih memilih jalur negosiasi daripada langsung membalas dengan tarif. Ia mencontohkan Jepang sebagai negara yang telah mengambil inisiatif untuk bernegosiasi dengan AS. Gedung Putih berharap lebih banyak negara akan mengikuti jejak Jepang dan mengajukan proposal yang konstruktif.
"Saya pikir Anda akan melihat beberapa negara besar dengan defisit perdagangan yang besar segera maju. Jika mereka datang dengan proposal yang solid, saya pikir kita bisa mendapatkan kesepakatan yang bagus," jelas Bessent.
Menurut Bessent, sekitar 70 negara telah menghubungi Gedung Putih untuk menjajaki kemungkinan pembicaraan perdagangan. Namun, China memilih untuk "berjuang sampai akhir" dengan memberlakukan tarif balasan.
Menanggapi tindakan China, Presiden Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50% terhadap impor dari China jika tarif balasan tersebut tidak dicabut. Pada tahun 2024, defisit perdagangan AS dengan China mencapai hampir 300 miliar dolar AS, yang merupakan sepertiga dari total ketidakseimbangan perdagangan negara tersebut.
Trump berharap kebijakan tarif ini akan membuka lebih banyak pasar bagi produk-produk Amerika dan mendorong relokasi operasi manufaktur kembali ke AS. Pemerintah AS juga menargetkan hambatan non-tarif seperti manipulasi mata uang, pajak pertambahan nilai (VAT) di Eropa, dan praktik-praktik lain yang dianggap merusak prinsip perdagangan yang adil.
Berikut adalah poin-poin penting dari perkembangan ini:
- AS mengecam tarif balasan China sebesar 34% terhadap impor AS.
- Menteri Keuangan AS menyebut tindakan itu sebagai "kesalahan besar" dan eskalasi.
- AS berpendapat bahwa China berada dalam posisi yang lebih lemah dalam perang dagang.
- AS mendorong China untuk bernegosiasi daripada membalas dengan tarif.
- Trump mengancam tarif tambahan 50% jika tarif balasan China tidak dicabut.
- AS juga menargetkan hambatan non-tarif dalam perdagangan.