Banjir Bandang Bogor Sebabkan Genangan Empat Meter di Pejaten Timur, Jakarta Selatan

Banjir Bandang Bogor Sebabkan Genangan Empat Meter di Pejaten Timur, Jakarta Selatan

Bencana banjir bandang yang melanda wilayah Bogor pada Minggu malam, 2 Maret 2025, berdampak signifikan terhadap wilayah Jakarta Selatan. Genangan air dengan ketinggian mencapai empat meter dilaporkan merendam kawasan Pejaten Timur, Pasar Minggu, mengakibatkan sejumlah rumah terendam hingga atap dan kendaraan tenggelam. Menurut kesaksian Sudrajat (58), warga setempat, air mulai masuk ke rumah-rumah secara perlahan sejak pukul 21.00 WIB. Ketinggian air di RW 07 dan RW 08 menjadi titik terparah, mencapai empat meter. Sudrajat yang tinggal di rumah dua lantai pun merasakan dampaknya, dengan genangan air mencapai 40 sentimeter di lantai dua. Ia mengaku awalnya ragu dengan informasi banjir bandang di Bogor, namun setelah melihat tayangan berita di televisi, ia menyadari betapa seriusnya situasi tersebut dan menyadari bahwa limpahan air dari Kali Ciliwung lah yang mengakibatkan banjir besar di Pejaten Timur.

Situasi di lapangan, sebagaimana yang diamati langsung, memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Di RT 16/RW 07, air berwarna cokelat keruh hampir sepenuhnya menenggelamkan gapura selamat datang. Kemiringan jalan menuju gapura memperparah kondisi, membuat genangan semakin dalam. Rumah-rumah berlantai satu tampak hanya menyisakan atapnya yang terlihat di atas permukaan air. Warga yang tinggal di rumah dua lantai masih bertahan, sementara hewan peliharaan seperti burung dan ayam terlihat bertengger di atap rumah, menyelamatkan diri dari genangan. Kendaraan bermotor pun turut menjadi korban, dengan beberapa sepeda motor hanya memperlihatkan setangnya yang masih terlihat di atas permukaan air. Ironisnya, di tengah bencana ini, beberapa anak kecil terlihat bermain air dengan riang, berenang tanpa mengenakan pakaian dan alas kaki, seakan tak menyadari bahaya dan kerusakan yang melanda lingkungan mereka. Beberapa warga lainnya memilih beristirahat di pinggir Jalan Al-Makmur, berlindung dari terik matahari di bawah atap kecil di depan ruko, beralaskan tikar atau kain seadanya, menggambarkan keputusasaan dan kelelahan akibat bencana ini. Kondisi ini menunjukkan urgensi penanganan dan mitigasi bencana banjir di daerah aliran sungai Ciliwung.

Pemerintah daerah Jakarta Selatan perlu segera melakukan evakuasi warga terdampak, menyediakan bantuan logistik dan medis, serta melakukan langkah-langkah untuk mengantisipasi kejadian serupa di masa mendatang. Selain itu, perlu diteliti lebih lanjut sistem drainase dan tata ruang wilayah untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Peristiwa ini menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam dan perlunya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait untuk mengurangi risiko dan dampak bencana banjir.

Berikut beberapa poin penting yang perlu diperhatikan sebagai tindak lanjut dari kejadian ini:

  • Peningkatan Sistem Drainase: Sistem drainase di Pejaten Timur dan sekitarnya perlu diperbaiki dan ditingkatkan kapasitasnya untuk mengatasi debit air yang tinggi saat hujan deras.
  • Sosialisasi dan Edukasi: Pentingnya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi bencana banjir, jalur evakuasi, dan langkah-langkah penyelamatan diri.
  • Penataan Ruang: Evaluasi tata ruang wilayah untuk memastikan tidak ada pembangunan yang menghalangi aliran sungai atau memperparah genangan air.
  • Bantuan dan Rehabilitasi: Pemerintah perlu memberikan bantuan dan dukungan kepada warga terdampak, termasuk bantuan logistik dan program rehabilitasi rumah yang rusak.
  • Koordinasi antar Instansi: Pentingnya koordinasi antar instansi terkait dalam penanganan dan pencegahan bencana banjir.

Kejadian banjir di Pejaten Timur ini merupakan tragedi yang memprihatinkan dan harus menjadi momentum untuk meningkatkan sistem mitigasi bencana di Jakarta Selatan dan sekitarnya.