Pedagang Makanan di Tanah Abang Tercekik Kebijakan WFH: Omzet Anjlok Hingga 75 Persen
Jakarta - Kebijakan Work From Home (WFH) yang kembali diterapkan pasca libur Lebaran oleh sejumlah perusahaan di Jakarta Pusat, khususnya di kawasan perkantoran Jalan Tanah Abang I, menuai keluhan dari para pedagang makanan. Mereka merasakan dampak signifikan terhadap penurunan pendapatan harian, bahkan mencapai 75 persen.
Mamat (60), seorang pedagang nasi uduk yang telah berjualan di kawasan tersebut selama bertahun-tahun, mengungkapkan kekhawatirannya. “Kalau WFH begini, ya sedih. Pendapatan turun drastis. Pusing saya,” ujarnya dengan nada prihatin. Mamat menjelaskan, pada hari-hari normal sebelum pandemi, ia mampu meraup omzet hingga Rp 600.000 per hari. Namun, sejak WFH diberlakukan, pendapatannya merosot tajam menjadi hanya sekitar Rp 200.000 hingga Rp 300.000.
Kondisi serupa dialami oleh Isah (44), pedagang pecel ayam yang juga mengandalkan pekerja kantoran sebagai pelanggan utama. “WFH ini bikin pembeli sepi. Biasanya ramai orang kantor, sekarang nggak ada,” keluhnya. Isah menceritakan, penghasilannya yang sebelumnya berkisar antara Rp 600.000 hingga Rp 800.000 per hari, kini terjun bebas menjadi Rp 200.000.
Toni (43), penjual nasi dan lauk pauk lainnya, juga merasakan imbas yang sama. Ia mengakui bahwa kebijakan WFH sangat memukul usahanya. “Dulu bisa dapat Rp 800.000 lebih, sekarang cuma Rp 300.000. Sepi banget karena kebanyakan pembeli itu pekerja kantoran,” tuturnya.
Para pedagang berharap pemerintah dan perusahaan mempertimbangkan kembali kebijakan WFH. Mereka menyadari pentingnya kesehatan dan keselamatan pekerja, namun di sisi lain, keberlangsungan hidup mereka juga sangat bergantung pada aktivitas ekonomi di sekitar perkantoran.
"Kami sih maunya nggak ada WFH. Biar kami juga kecipratan rezeki," kata Toni, mewakili harapan para pedagang kecil di kawasan Tanah Abang.
Berikut adalah rangkuman keluhan para pedagang:
- Penurunan Pendapatan Drastis: Omzet harian turun hingga 75 persen akibat berkurangnya pembeli dari kalangan pekerja kantoran.
- Ketergantungan pada Pekerja Kantoran: Keberlangsungan usaha pedagang sangat bergantung pada aktivitas ekonomi di sekitar perkantoran.
- Harapan akan Peninjauan Kembali Kebijakan WFH: Pedagang berharap pemerintah dan perusahaan mempertimbangkan dampak kebijakan WFH terhadap usaha kecil.
Para pedagang juga mengusulkan beberapa solusi alternatif yang mungkin dapat dipertimbangkan, seperti pengaturan jadwal WFH yang lebih fleksibel atau penerapan protokol kesehatan yang ketat di lingkungan perkantoran, sehingga aktivitas ekonomi tetap dapat berjalan tanpa mengorbankan kesehatan dan keselamatan pekerja.