ESDM Umumkan Harga Acuan Biodiesel dan Bioetanol untuk April 2025: Dorong Pemanfaatan Energi Terbarukan
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengumumkan Harga Indeks Pasar (HIP) terbaru untuk Bahan Bakar Nabati (BBN) jenis biodiesel dan bioetanol yang akan berlaku pada bulan April 2025. Langkah ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan pemerintah untuk mendorong pemanfaatan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Rincian Harga dan Formula Perhitungan
Berdasarkan pengumuman resmi yang disampaikan melalui akun Instagram Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) @djebtje, HIP untuk biodiesel ditetapkan sebesar Rp 14.290 per liter, belum termasuk ongkos angkut. Sementara itu, HIP untuk bioetanol ditetapkan pada angka Rp 13.432 per liter.
Penetapan harga ini didasarkan pada formula yang telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM Nomor 3.K/EK.05/DJE/2024 untuk biodiesel, dan formula perhitungan HIP BBN bioetanol. Formula tersebut mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk harga Crude Palm Oil (CPO) Kernel Processing Basis (KPB) rata-rata, biaya konversi bahan baku, dan kurs tengah Bank Indonesia.
Formula Biodiesel:
HIP = (Harga CPO KPB Rata-Rata + 85 USD/ton) x 870 kg/m³ + Ongkos Angkut
- Harga CPO KPB Rata-Rata: Rp 15.030/kg (periode 25 Februari 2025 - 24 Maret 2025)
- Nilai Konversi Bahan Baku: 85 US$/MT
- Faktor Satuan: 870 kg/m³ (konversi kilogram ke liter)
- Kurs Tengah BI: Rp 16.417/US$
Formula Bioetanol:
HIP = (Harga Tetes Tebu KPB Rata-Rata Periode 3 Bulan x 4,125 kg/L) + 0,25 US$/L
- Harga Tetes Tebu KPB Rata-Rata: Rp 2.264/kg (periode 15 Oktober 2025 - 14 Maret 2025)
- Faktor Satuan Konversi: 4,125 kg/L (konversi kilogram ke liter)
- Nilai Konversi Bahan Baku: 0,25 US$/L
- Kurs Tengah BI: Rp 16.177/US$
Implikasi dan Harapan
Penerapan HIP ini diharapkan dapat memberikan kepastian harga bagi produsen dan konsumen BBN, serta mendorong investasi di sektor energi terbarukan. Dengan harga yang kompetitif, diharapkan penggunaan biodiesel dan bioetanol sebagai campuran bahan bakar minyak (BBM) akan semakin meningkat, sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca dan mendukung program transisi energi yang sedang digalakkan pemerintah.
Langkah ini juga sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Pemanfaatan BBN merupakan salah satu strategi kunci dalam mencapai target tersebut, selain pengembangan energi terbarukan lainnya seperti tenaga surya, tenaga angin, dan гидроэнергетика.
Pemerintah terus berupaya untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi pengembangan energi terbarukan. Hal ini dilakukan melalui berbagai kebijakan dan insentif, termasuk penetapan harga yang menarik, penyederhanaan perizinan, dan dukungan finansial. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat, diharapkan sektor energi terbarukan di Indonesia dapat berkembang pesat dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.