Banjir Bekasi: Delapan Kecamatan Terendam, Infrastruktur dan Perubahan Iklim Jadi Sorotan
Banjir Bekasi: Delapan Kecamatan Terendam, Infrastruktur dan Perubahan Iklim Jadi Sorotan
Bencana banjir yang melanda Kota Bekasi pada Selasa, 4 Maret 2025, telah mengakibatkan dampak signifikan terhadap delapan dari dua belas kecamatan di wilayah tersebut. Hal ini diungkapkan langsung oleh Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, dalam rapat koordinasi bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, dan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Agus Harimurti Yudhoyono pada Kamis, 6 Maret 2025.
Wali Kota Tri Adhianto menjelaskan bahwa kecamatan-kecamatan yang terdampak meliputi, antara lain, Bekasi Timur dan Bekasi Selatan. Ia menekankan bahwa prediksi banjir telah muncul setelah pemantauan intensitas curah hujan lokal yang sangat tinggi sejak Senin, 3 Maret 2025, pukul 10.00 WIB. Pemantauan ini juga melibatkan komunitas KP2C yang secara khusus memantau pergerakan air di wilayah tersebut. Lebih lanjut, Tri Adhianto menjelaskan bahwa curah hujan pekan ini jauh melampaui curah hujan tahun 2020, digambarkan sebagai hujan dengan intensitas lima tahunan. Kondisi ini, dikombinasikan dengan kapasitas sungai dan kali yang terbatas, memperparah dampak banjir. Ia menjelaskan, "Sungai dan kali yang ada jika banjir satu tahunan cukup terkendali, tetapi pengaruh cuaca dan perubahan iklim ini sangat berpengaruh pada kapasitas kali, terutama Kali Bekasi."
Upaya pengendalian debit air telah dilakukan Pemerintah Kota Bekasi dengan membuka pintu air di Prisdo. Namun, kendala teknis berupa kerusakan pada satu dari tiga pintu air dan belum terselesaikannya normalisasi pintu air tersebut menghambat upaya evakuasi dan pengendalian banjir secara optimal. Tinggi muka air (TMA) di Cileungsi pada Selasa pukul 04.00 WIB mencapai 800 sentimeter (hampir 8 meter), melampaui kapasitas tanggul Bekasi yang hanya mampu menahan hingga 6 meter. Kondisi ini menyebabkan meluapnya air ke delapan kecamatan tersebut.
Pemerintah Kota Bekasi saat ini tengah melakukan evaluasi menyeluruh dan koordinasi intensif dengan berbagai pihak untuk menangani dampak banjir serta mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Fokus evaluasi meliputi infrastruktur pengendalian banjir, peningkatan sistem peringatan dini, dan strategi adaptasi terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem. Perbaikan infrastruktur pintu air dan normalisasi sungai menjadi prioritas utama untuk meningkatkan kapasitas daya tampung air dan memperlancar aliran air. Selain itu, peningkatan kerjasama dengan komunitas lokal seperti KP2C dalam pemantauan dan penanggulangan banjir juga akan terus ditingkatkan. Langkah-langkah ini diharapkan dapat meminimalisir dampak banjir di masa depan dan melindungi warga Kota Bekasi dari ancaman bencana serupa.
Berikut beberapa poin penting yang menjadi fokus penanganan pasca banjir:
- Perbaikan dan normalisasi pintu air di Prisdo.
- Peningkatan kapasitas dan perawatan infrastruktur sungai dan kali.
- Peningkatan sistem peringatan dini berbasis teknologi dan komunitas.
- Evaluasi dan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
- Peningkatan koordinasi dan kerjasama antar instansi dan komunitas.