IHSG Terjun Bebas Pasca Libur Lebaran: Analis Soroti Perlunya Intervensi Pemerintah untuk Stabilkan Pasar
Guncangan Pasar Modal: IHSG Anjlok dan Rupiah Melemah
Pasar modal Indonesia dikejutkan dengan aksi jual masif yang mengakibatkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami trading halt pada pembukaan perdagangan Selasa, 8 April 2025. Pelemahan signifikan ini terjadi pasca libur panjang Lebaran, memicu kekhawatiran di kalangan investor dan pelaku pasar.
Dampak dan Pemicu Trading Halt
Pembukaan IHSG yang anjlok hingga 9 persen pada pukul 09.01 WIB, ke level 5.912, memicu pemberlakuan trading halt selama 30 menit oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Kondisi ini terjadi karena penurunan yang melampaui batas toleransi yang ditetapkan, sebagai upaya meredam kepanikan dan memberikan kesempatan bagi pasar untuk menyeimbangkan diri. Setelah dibuka kembali pada pukul 09.38 WIB, IHSG masih berada di zona merah, bergerak di posisi 5.987 atau turun 8,03 persen.
Menurut Oktavianus Audi, Analis Kiwoom Sekuritas, tekanan jual yang terjadi merupakan lag of sentiment setelah libur panjang. Sentimen negatif ini diperparah oleh kekhawatiran terhadap kebijakan tarif impor baru yang diterapkan oleh Amerika Serikat, yang dinilai dapat berdampak negatif terhadap perekonomian Indonesia.
Audi menekankan pentingnya trading halt untuk meredam aksi jual yang berlebihan. Ia juga menyoroti potensi pelemahan lebih lanjut jika Auto-Reject Bawah (ARB) tetap simetris. Namun, ia optimis bahwa kondisi ini bersifat jangka pendek, terutama jika pemerintah mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan pasar.
Langkah Strategis Pemerintah
Guna meredam tekanan pasar, Audi merekomendasikan agar pemerintah fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hal ini dapat dilakukan dengan:
- Meyakinkan pasar bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berada di atas 5 persen.
- Menyiapkan strategi dan langkah praktis untuk menjaga surplus neraca perdagangan.
Rupiah Sentuh Titik Terendah
Selain IHSG, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga mengalami tekanan yang signifikan. Pada pembukaan perdagangan Selasa, rupiah berada di level Rp 16.858 per dollar AS, melanjutkan tren pelemahan yang telah terjadi sebelumnya. Bahkan, berdasarkan data Bloomberg, rupiah sempat menyentuh level Rp 16.941 per dollar AS, mendekati rekor terendah pada krisis moneter 1998.
Ariston Tjendra, Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, memprediksi bahwa pasar akan merespons negatif terhadap sentimen global, khususnya kebijakan tarif impor AS. Hal ini semakin memperburuk sentimen terhadap rupiah dan mendorong aksi jual oleh investor.
Kondisi ini menuntut respons cepat dan terkoordinasi dari pemerintah dan otoritas terkait untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan memulihkan kepercayaan investor. Langkah-langkah yang diambil harus komprehensif dan mencakup kebijakan moneter, fiskal, dan sektor riil.
Rangkuman Data Perdagangan
Berikut adalah rangkuman data perdagangan pada saat trading halt:
- IHSG Awal: 5.912 (turun 9,19%)
- IHSG Setelah Trading Halt: 5.987 (turun 8,03%)
- Saham Naik: 11
- Saham Turun: 586
- Saham Stagnan: 52
- Nilai Transaksi: Rp 4,96 triliun
- Volume Saham: 4,54 miliar
Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan saran investasi. Investor disarankan untuk melakukan riset dan konsultasi dengan penasihat keuangan sebelum mengambil keputusan investasi.