Perumahan Maharta Didera Banjir Bulanan: Warga Merasa Terjebak dalam 'Wajan' Air

Banjir Langganan Mengintai Perumahan Maharta: Warga Frustasi dan Mencari Solusi Mandiri

Hujan deras yang mengguyur Tangerang Selatan pada Minggu (6/4/2025) kembali memicu banjir parah di Perumahan Maharta, Pondok Kacang. Ketinggian air mencapai 130 sentimeter, merendam rumah-rumah dan warung, serta meninggalkan lumpur dan sampah. Bagi warga Maharta, banjir bukan lagi sekadar bencana tahunan, melainkan sudah menjadi 'tamu bulanan' yang tak diundang.

Jeritan Warga yang Kehilangan Ketenangan

Bambang (50), seorang pemilik warung pecel lele yang telah tinggal di Maharta sejak tahun 1991, mengungkapkan kekesalannya. Banjir yang berulang kali datang telah merampas ketenangan hidupnya. "Setiap hujan, kami panik," ujarnya dengan nada lirih.

Dalam rentang waktu Maret hingga awal April 2025, Perumahan Maharta telah dilanda banjir sebanyak tiga kali. Warga menduga penyebab utama banjir adalah penyempitan kali akibat pembangunan jembatan baru yang terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan aliran air tersumbat dan meluap.

"Dulu kalinya standar, jembatan tidak ditinggikan tidak masalah, airnya enak mengalir. Sekarang jembatannya tinggi, air mengumpul semua, kalinya kecil," jelas Bambang.

Selain itu, kerusakan pompa air juga memperparah situasi. Warga mendesak pemerintah untuk menambah jumlah pompa dan melakukan pengerukan kali secara berkala.

Perumahan Maharta Bak 'Wajan' Raksasa

Samratuti (60), seorang warga lainnya, menggambarkan kondisi Perumahan Maharta seperti 'wajan' besar yang menampung air tanpa bisa keluar. Ia baru tiba di rumah saat air mulai merayap naik, dan tak banyak barang yang bisa diselamatkan. Kulkas, sofa, dan stok beras miliknya terendam banjir.

"Jembatan ditinggikan tapi kami yang terendam. Seperti wajanlah, saya lihat-lihat. Airnya tidak bisa keluar," keluhnya.

Samratuti, yang telah tinggal di Maharta selama 30 tahun, mengatakan bahwa kondisi banjir semakin parah dalam lima tahun terakhir, sejak jembatan baru dibangun. Ia juga menyoroti minimnya jumlah pompa air yang tidak sebanding dengan luas wilayah yang terdampak banjir.

Warga Menggagas Solusi Mandiri

Merasa lelah dengan janji-janji yang tak kunjung terealisasi, warga Maharta mulai berinisiatif mencari solusi sendiri. Beberapa warga mengusulkan pengadaan pompa portabel secara patungan jika pemerintah terus mengabaikan keluhan mereka.

"Sudah capek menerima janji. Kalau perlu kita bikin sendiri, kita cari solusi bareng warga," tegas salah seorang warga.

Meski demikian, warga tetap berharap pemerintah daerah untuk turun tangan secara serius. Mereka mendesak normalisasi kali sebagai solusi jangka panjang, serta penyediaan pompa air darurat untuk mengatasi banjir yang datang tiba-tiba.

Tuntutan Warga:

  • Normalisasi kali
  • Penambahan dan perbaikan pompa air
  • Penyediaan pompa air darurat

Warga berharap pemerintah segera mengambil tindakan nyata untuk mengatasi masalah banjir yang telah lama menghantui Perumahan Maharta. Mereka tidak ingin terus hidup dalam kecemasan dan ketidakpastian setiap kali hujan deras mengguyur.