Laris Manis di Malioboro: 'Hantu' Jadi Magnet Wisatawan Saat Libur Lebaran

'Hantu' Malioboro Meraup Rezeki Nomplok Saat Libur Lebaran

Kota Yogyakarta, khususnya kawasan Malioboro, selalu menjadi primadona bagi para pemudik yang sekaligus ingin menikmati liburan. Di tengah hiruk pikuk wisatawan yang memadati jalanan ikonik ini, muncul sosok-sosok unik yang menarik perhatian: para pelaku seni berkostum 'hantu'. Mereka menawarkan diri sebagai teman berfoto, dan tak disangka, menjadi sumber rezeki yang menjanjikan selama musim libur Lebaran.

Basir, seorang warga Semanu, Gunungkidul, adalah salah satu contohnya. Dengan kostum wewe gombel yang menyeramkan, ia rela berpanas-panasan demi mencari nafkah di Malioboro. Penampilannya yang 'berlumur darah' justru menjadi daya tarik bagi wisatawan yang ingin mengabadikan momen liburan mereka dengan sentuhan yang berbeda.

"Panas banget Mas, sampai nggak pakai rangkepan saya," ujar Basir, menggambarkan perjuangannya menahan gerah di balik kostumnya. Namun, pengorbanannya itu terbayar lunas dengan penghasilan yang lumayan. Meski tidak mematok tarif, Basir mengaku bisa mengumpulkan hingga Rp 500 ribu per hari saat Malioboro ramai pengunjung.

Daya Tarik 'Hantu' Malioboro

Kehadiran 'hantu-hantu' ini ternyata menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Rindi, seorang pemudik asal Surabaya, mengaku selalu rindu dengan suasana Malioboro. Ia menambahkan bahwa kehadiran Basir dan kawan-kawan semakin memperkaya pengalaman wisatanya.

"Awalnya takut sih, serem, kostumnya itu lo serem banget. Tapi anak-anak pada pengin foto, ya udah sekalian," kata Rindi.

Ia juga mengapresiasi kreativitas para seniman jalanan ini. "Jogja memang bagus ya seninya, orang-orangnya juga kreatif, ini setan-setan juga bagus, total dandannya, wisatawan jadi kayak punya banyak foto gitu, bagus lah," imbuhnya.

Fenomena Kreativitas di Malioboro

Fenomena 'hantu' Malioboro ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas tidak mengenal batas. Para seniman jalanan ini mampu memanfaatkan momen libur Lebaran untuk mencari rezeki dengan cara yang unik dan menghibur. Kehadiran mereka tidak hanya menambah warna dan daya tarik Malioboro, tetapi juga memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan bagi para pengunjung.

Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan bahwa masyarakat Yogyakarta memiliki jiwa seni yang tinggi dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Mereka tidak hanya melestarikan budaya tradisional, tetapi juga menciptakan inovasi-inovasi baru yang mampu menarik perhatian wisatawan.

Kontribusi terhadap Ekonomi Lokal

Keberadaan 'hantu' Malioboro juga memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal. Selain memberikan penghasilan bagi para seniman jalanan, fenomena ini juga menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke Malioboro. Hal ini tentu berdampak positif bagi para pedagang dan pelaku usaha wisata lainnya di kawasan tersebut.

Dengan demikian, fenomena 'hantu' Malioboro tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga memiliki nilai ekonomi dan sosial yang signifikan. Ini adalah contoh bagaimana kreativitas dan inovasi dapat menjadi sumber daya yang berharga bagi masyarakat dan daerah.

Daftar Poin Penting:

  • Malioboro menjadi destinasi favorit saat libur Lebaran.
  • Seniman berkostum 'hantu' menjadi daya tarik wisata yang unik.
  • Basir, seorang 'hantu' wewe gombel, meraup rezeki hingga Rp 500 ribu per hari.
  • Wisatawan mengapresiasi kreativitas 'hantu' Malioboro.
  • Fenomena ini berkontribusi pada ekonomi lokal dan memberikan pengalaman wisata yang tak terlupakan.