Pembukaan Pasar Saham Pasca-Libur Lebaran: IHSG Diprediksi Terkoreksi Akibat Sentimen Global
Pasar Saham Indonesia Bersiap Menghadapi Tantangan Global
Pasar saham Indonesia bersiap untuk membuka kembali perdagangan pada hari Selasa, 8 April 2025, setelah libur panjang Lebaran. Namun, sentimen pasar diperkirakan akan diwarnai oleh kekhawatiran terkait kebijakan tarif resiprokal yang baru-baru ini diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini berpotensi memberikan tekanan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Analis pasar modal, Hendra Wardana dari Stocknow.id, memprediksi bahwa IHSG akan bergerak dalam tren pelemahan. Ia memperkirakan area support IHSG berada di kisaran 6.290 hingga 6.312, sementara resistance berada di level 6.660. Kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tarif AS menjadi katalis negatif utama yang dapat menahan laju penguatan IHSG.
Kebijakan tarif resiprokal AS, yang merupakan langkah proteksionis dengan mengenakan bea masuk setara pada negara-negara yang mengenakan tarif tinggi terhadap produk AS, telah memicu kekhawatiran global. Pasar khawatir akan eskalasi perang dagang, disrupsi rantai pasok, dan potensi perlambatan ekonomi dunia. Dampak kebijakan ini terhadap Indonesia, khususnya surplus neraca perdagangan dengan AS yang mencapai 16,84 miliar dollar AS pada tahun 2024, menjadi perhatian utama.
Potensi Dampak pada Neraca Perdagangan dan Rupiah
Kekhawatiran terhadap neraca perdagangan Indonesia yang berpotensi terkikis akibat bea masuk baru sebesar 32 persen terhadap produk asal Indonesia menjadi faktor utama yang membebani pasar. Kebijakan ini dapat menurunkan daya saing ekspor Indonesia ke AS dan meningkatkan kekhawatiran terhadap ketahanan neraca perdagangan nasional. Selain itu, rupiah juga berpotensi mengalami tekanan, dengan prediksi awal pembukaan di kisaran Rp 16.900 dan potensi menembus Rp 17.000 per dollar AS dalam waktu dekat.
Secara makro, tekanan terhadap ekspor, pelemahan rupiah, dan potensi pengalihan permintaan global dapat menekan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu, diperlukan respons kebijakan yang cepat dan tepat dari pemerintah Indonesia untuk memitigasi dampak negatif dari kebijakan proteksionis AS.
Rekomendasi Strategi Mitigasi
Beberapa strategi yang disarankan untuk memitigasi dampak negatif kebijakan tarif AS antara lain:
- Diversifikasi Pasar Ekspor: Mengurangi ketergantungan pada pasar AS dengan memperluas pasar ekspor ke negara-negara lain.
- Insentif Fiskal dan Non-Fiskal: Memberikan insentif yang lebih besar bagi pelaku industri dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.
- Percepatan Hilirisasi: Mendorong percepatan hilirisasi industri agar ekspor Indonesia tidak hanya berbasis bahan mentah, tetapi juga bernilai tambah tinggi.
Dengan implementasi langkah-langkah ini, Indonesia berpeluang menjaga stabilitas ekonomi di tengah gejolak global. Namun demikian, dalam jangka pendek, pasar keuangan Indonesia kemungkinan akan tetap dibayangi sentimen negatif, terutama jika tensi perdagangan global terus meningkat.
Investor dan pelaku pasar perlu mencermati perkembangan situasi global dan domestik, serta mengambil langkah-langkah yang bijaksana dalam mengelola risiko investasi mereka.