Penguatan IHSG dan Rupiah di Awal Perdagangan: Analisis Pasar dan Prospek Ekonomi

Penguatan IHSG dan Rupiah di Awal Perdagangan: Analisis Pasar dan Prospek Ekonomi

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 6 Maret 2025, dengan tren positif, mencatatkan kenaikan yang signifikan. Pada pukul 09.02 WIB, IHSG berada di posisi 6.591,47, meningkat 60,07 poin atau 0,92 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di angka 6.531,39. Penguatan ini disambut positif oleh para analis pasar, meskipun masih diperlukan sentimen yang lebih kuat untuk mendorong IHSG kembali ke level psikologis 7.000.

Maximilianus Nico Demus, Direktur Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menyatakan bahwa penguatan IHSG menjelang akhir pekan ini menunjukkan sinyal positif. Namun, ia menekankan bahwa volatilitas pasar dalam beberapa hari terakhir masih dipengaruhi oleh berbagai sentimen yang menekan. Analisis teknikal dari Pilarmas Investindo Sekuritas memprediksi potensi penguatan IHSG yang terbatas, dengan support di level 6.500 dan resistance di level 6.640. Skenario alternatif menunjukkan potensi tren penurunan IHSG jika menembus di bawah level 6.293. Level support lainnya berada di 6.441, 6.293, 6.226, dan 6.124, sementara level resistance berada di 6.593, 6.682, 6.772, dan 6.912. Indikator MACD menunjukkan kondisi netral.

Secara keseluruhan, bursa kawasan Asia juga menunjukkan kinerja positif. Strait Times naik 0,63 persen (24,49 poin) ke level 3.922,89; Shanghai Composite naik 0,66 persen (21,89 poin) ke level 3.364,86; Nikkei 225 naik 1 persen (374 poin) ke level 37.750,5; dan Hang Seng naik 2,26 persen (533,79 poin) ke level 24.128. Tren positif ini mencerminkan sentimen global yang relatif optimis.

Sementara itu, mata uang Rupiah juga menunjukkan penguatan terhadap dolar AS di pasar spot. Pada pukul 09.06 WIB, Rupiah berada di level Rp 16.295 per dolar AS, menguat 17,00 poin (0,10 persen) dibandingkan penutupan kemarin di Rp 16.312 per dolar AS. Ariston Tjendra, pengamat pasar uang, menjelaskan bahwa penurunan tajam indeks dolar AS ke area 104 disebabkan oleh kekhawatiran pasar terhadap dampak kenaikan tarif terhadap perekonomian AS. Pelemahan ekonomi AS ini berpotensi mendorong Federal Reserve (The Fed) untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan. Tjendra memprediksi potensi penguatan Rupiah hingga ke level 16.200, dengan potensi resisten di 16.330.

Target fiskal dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto juga memberikan gambaran mengenai prospek ekonomi Indonesia. Pemerintah menargetkan pendapatan negara mencapai 13,75-18,00 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2029, yang terdiri dari penerimaan pajak 11,52-15,00 persen dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 2,21-2,99 persen. Belanja negara diproyeksikan sebesar 16,20-20,50 persen terhadap PDB, dengan belanja pemerintah pusat 11,79-15,01 persen dan transfer ke daerah 4,41-5,49 persen. Target-target ini mencerminkan strategi pemerintah dalam mengelola perekonomian nasional.

Secara keseluruhan, kinerja IHSG dan Rupiah di awal perdagangan menunjukkan sinyal positif, meskipun masih perlu dipantau perkembangannya lebih lanjut. Kondisi pasar global dan sentimen domestik akan terus memengaruhi pergerakan IHSG dan nilai tukar Rupiah ke depannya. Analisis dan prediksi para analis perlu dipertimbangkan sebagai bahan pertimbangan, namun investor tetap diimbau untuk melakukan riset dan analisis sendiri sebelum mengambil keputusan investasi.