Jabatan Duta Besar RI untuk AS Kosong Dua Tahun: Pemerintah Ungkap Strategi Negosiasi Tarif Impor dengan Amerika Serikat
Kekosongan Jabatan Duta Besar RI di AS: Strategi Negosiasi Tarif Impor Dikebut
Posisi Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Amerika Serikat (AS) yang telah kosong selama hampir dua tahun menjadi sorotan. Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Arif Havas Oegroseno menyatakan bahwa pemerintah berupaya mengisi kekosongan ini secepatnya. Kekosongan ini terjadi sejak Rosan Roeslani mengakhiri masa tugasnya pada 17 Juli 2023 dan kemudian ditunjuk sebagai Wakil Menteri BUMN.
Menurut Arif, pergantian pemerintahan menjadi salah satu faktor keterlambatan pengisian posisi tersebut. Namun, isu ini menjadi krusial mengingat Indonesia akan segera melakukan negosiasi dengan pemerintah AS terkait tarif timbal balik impor.
"Ya secepatnya lah (nanti diisi)," ujar Arif di Jakarta, Senin (7/4/2025), menekankan urgensi pengisian jabatan tersebut. Ia menambahkan, "Karena ada perubahan pemerintahan kan di kita."
Negosiasi Tarif Impor dengan AS: Delegasi Tingkat Tinggi Disiapkan
Arif menjelaskan bahwa negosiasi tarif impor dengan AS telah mencapai level tinggi (high level). Pemerintah Indonesia akan mengirimkan delegasi yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Kehadiran Menko Airlangga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas negosiasi.
Ketika ditanya mengapa Presiden Prabowo Subianto tidak langsung terlibat dalam negosiasi, Arif menjelaskan bahwa terdapat tingkatan atau lapisan (layer) dalam proses negosiasi. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme dan protokol yang diikuti dalam hubungan diplomatik.
Isu yang Dibahas dalam Negosiasi
Lebih lanjut, Arif menjelaskan bahwa AS menyoroti beberapa isu yang menjadi dasar penerapan tarif timbal balik impor sebesar 32 persen. Isu-isu tersebut meliputi:
- Kebijakan Non-Tariff Measures (NTM) yang diterapkan Indonesia untuk beberapa barang asal AS.
- Kebijakan Non-Tariff Barrier.
- Masalah Defisit Perdagangan.
Delegasi Indonesia akan mengkomunikasikan sejumlah hal konkret dalam negosiasi dengan pemerintah AS. Arif menekankan bahwa struktur ekspor-impor antara Indonesia dan AS bersifat komplementer, bukan kompetitif.
"Karena memang kalau kita lihat kan, ekspor-impor kita dengan Amerika ini kan tidak bersaingan kan. Komplementer kan. Kita kan enggak menjual barang yang sama gitu," tutur Arif. Ia mencontohkan tingginya konsumsi soybean dan wheat (gandum) dari AS di Indonesia.
Fungsi KBRI Tetap Berjalan
Meskipun posisi Dubes kosong, Arif memastikan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington DC tetap berfungsi. Urusan KBRI tetap berjalan dan dipimpin oleh Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI).