47 Keluarga di Pasuruan Terdampak Tanah Bergerak Menunggu Kepastian Relokasi dan Bantuan Infrastruktur

47 Keluarga di Pasuruan Terdampak Tanah Bergerak Menunggu Kepastian Relokasi dan Bantuan Infrastruktur

Lebih dari satu bulan pasca kejadian tanah bergerak yang melanda Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, sebanyak 47 kepala keluarga (KK) masih mengungsi di Sekolah Dasar Cowek. Ketidakpastian status keamanan lahan tempat tinggal mereka memicu keresahan dan tuntutan akan solusi konkret dari pemerintah daerah. Warga bukan hanya meminta kepastian relokasi, namun juga mendesak perbaikan infrastruktur, terutama renovasi rumah yang rusak dan perbaikan sistem irigasi yang terdampak bencana tersebut.

Kepala Desa Cowek, Sofi'i, menyampaikan keresahan warganya pada Kamis (6/3/2025). Ia menyatakan bahwa kondisi tanah saat ini tampak stabil, tidak menunjukkan pergerakan lebih lanjut. Namun, larangan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan untuk kembali ke rumah mereka tetap berlaku hingga hasil kajian resmi dari tim BPBD Jawa Timur diumumkan. Ketidakjelasan ini membuat 176 jiwa yang terdampak terus bergantung pada bantuan pemerintah. Kondisi ini semakin mempersulit warga, khususnya anak-anak, balita, dan lansia yang tinggal di pengungsian, sementara para pemuda sebagian memilih kembali ke rumah pada malam hari untuk menjaga harta benda dan ternak mereka.

Sementara itu, BPBD Kabupaten Pasuruan menjelaskan bahwa mereka tengah berkoordinasi dengan tim Geologi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk menindaklanjuti hasil kajian dari BPBD Jawa Timur. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, menyatakan bahwa kajian awal telah menunjukkan ketidakamanan lahan untuk jangka panjang. Hal ini diperkuat oleh pernyataan ahli geologi dari ITS. Pemerintah Kabupaten Pasuruan juga tengah berkomunikasi dengan Perhutani untuk mencari lokasi relokasi yang layak. Namun, terkait permintaan renovasi rumah dan perbaikan irigasi, BPBD belum memberikan kepastian bantuan.

Sugeng menambahkan bahwa saat ini fokus bantuan terpusat pada pemenuhan kebutuhan dasar selama masa pengungsian, termasuk penyediaan makanan untuk bulan Ramadhan. Perbaikan infrastruktur, termasuk rumah warga dan sistem irigasi, belum termasuk dalam program bantuan yang saat ini dijalankan. Bencana tanah bergerak yang terjadi pada 28 Januari 2025, ditandai dengan suara retakan tanah, retakan dan kerusakan pada tembok rumah, serta kerusakan keramik lantai, telah menimbulkan kerugian besar bagi warga Dusun Sempu.

Ketidakpastian status lahan, kebutuhan akan relokasi, dan tuntutan perbaikan infrastruktur menjadi isu krusial yang mendesak penyelesaian segera. Pemerintah daerah menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan kebutuhan mendesak warga dengan proses kajian geologis yang masih berlangsung. Solusi komprehensif dan tepat waktu menjadi kunci dalam meringankan beban 47 keluarga yang terdampak bencana ini dan mengembalikan kehidupan normal mereka.

Berikut poin-poin penting yang perlu ditindaklanjuti:

  • Relokasi: Pencarian lokasi relokasi yang aman dan layak bagi 47 KK.
  • Renovasi rumah: Bantuan renovasi rumah bagi warga yang rumahnya rusak akibat tanah bergerak.
  • Perbaikan irigasi: Perbaikan sistem irigasi yang terdampak bencana.
  • Bantuan jangka panjang: Pemberian bantuan jangka panjang bagi warga terdampak, termasuk kebutuhan pokok dan pemulihan ekonomi.
  • Kajian geologis: Mempercepat proses kajian geologis untuk memberikan kepastian status lahan.
  • Koordinasi antar lembaga: Peningkatan koordinasi antar lembaga terkait untuk percepatan penanganan bencana.