Tertekan Sentimen Global, Rupiah Sentuh Level Terendah Sejak Krisis 1998

Rupiah Terhuyung Akibat Sentimen Risk-Off Global

Jakarta – Rupiah kembali menghadapi tekanan berat di pasar spot setelah libur panjang Lebaran, Senin (7/4/2025). Nilai tukar mata uang Garuda ini terperosok ke level yang mengkhawatirkan, mendekati angka psikologis Rp 17.000 per dolar AS. Kondisi ini memicu kekhawatiran akan stabilitas ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

Pada pembukaan perdagangan, rupiah langsung berada di posisi yang kurang menguntungkan, yakni Rp 16.898 per dolar AS. Berdasarkan data Bloomberg, mata uang ini terus melemah hingga mencapai Rp 16.941 pada pukul 09.52 WIB. Level ini menjadi yang terendah sepanjang sejarah rupiah, bahkan melampaui rekor terburuk sebelumnya yang tercatat saat krisis moneter 1998, yaitu Rp 16.650 per dolar AS.

Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah tidak terjadi sendirian. Sentimen risk-off yang kuat masih mendominasi pasar ekuitas global, turut menyeret mata uang emerging markets lainnya.

Faktor Pemicu Pelemahan Rupiah

Beberapa faktor utama yang memicu pelemahan rupiah antara lain:

  • Sentimen Risk-Off Global: Investor cenderung menghindari aset berisiko dan beralih ke aset yang dianggap lebih aman (safe haven), seperti dolar AS, akibat kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global.
  • Kebijakan Tarif AS: Pernyataan Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengenai kelanjutan kebijakan tarif AS memicu kekhawatiran perang dagang yang lebih luas.
  • Perlawanan China: China membalas kebijakan tarif AS dengan memberlakukan tarif serupa terhadap barang-barang impor dari AS, memperburuk tensi perdagangan antara kedua negara.

Intervensi Bank Indonesia

Di tengah tekanan yang meningkat, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas rupiah. Lukman Leong memprediksi BI akan berupaya mempertahankan nilai tukar rupiah di bawah atau tidak jauh dari level Rp 17.000 per dolar AS.

Alternatif Safe Haven

Dalam situasi pasar yang tidak pasti, Lukman menyarankan investor untuk mempertimbangkan mata uang safe haven seperti Franc Swiss (CHF) dan Yen Jepang (JPY). Data dari Trading Economics menunjukkan bahwa pada Senin (7/4/2025) pukul 12.03 WIB, pasangan mata uang USD/CHF melemah 0,87 persen menjadi 0,853 dolar AS per Franc, sementara USD/JPY juga melemah 0,78 persen menjadi 145,819 dolar AS per Yen.

Kondisi ini menunjukkan bahwa investor mencari perlindungan pada aset-aset yang dianggap lebih stabil di tengah gejolak pasar global.