Sektor Kesehatan Indonesia Diminta Kurangi Jejak Karbon Melalui Praktik Berkelanjutan

Sektor Kesehatan Indonesia Diminta Kurangi Jejak Karbon Melalui Praktik Berkelanjutan

Sektor kesehatan di Indonesia memiliki peran yang signifikan dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Hal ini mendorong para ahli untuk menyerukan penerapan praktik yang lebih ramah lingkungan di seluruh fasilitas medis. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Ari Fahrial Syam, menekankan pentingnya transisi menuju sistem kesehatan yang berkelanjutan, terutama di negara berkembang seperti Indonesia.

Menurut studi dari The Asian Pacific Association of Gastroenterology (APAGE), prosedur medis seperti endoskopi gastrointestinal menyumbang jejak karbon yang cukup besar. Penggunaan energi yang tinggi, alat-alat sekali pakai, dan limbah medis yang dihasilkan merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap dampak lingkungan ini. Oleh karena itu, diperlukan upaya serius untuk mengurangi dampak tersebut.

Profesor Ari, bersama dengan 22 ahli gastroenterologi lainnya, telah menyusun serangkaian rekomendasi strategis untuk menerapkan praktik hijau dalam dunia medis. Rekomendasi ini sangat relevan bagi Indonesia, mengingat populasinya yang besar dan kebutuhan akan sistem pelayanan kesehatan yang efisien dan ramah lingkungan.

Rekomendasi Utama untuk Sektor Kesehatan Berkelanjutan:

  • Penggunaan Kembali Perangkat Medis: Memprioritaskan penggunaan kembali perangkat medis yang memenuhi standar keamanan dan sterilisasi, sehingga mengurangi ketergantungan pada alat sekali pakai.
  • Optimalisasi Teknologi AI: Memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) dalam diagnosis untuk meningkatkan akurasi dan mengurangi kebutuhan biopsi yang tidak perlu.
  • Telemedicine: Menerapkan praktik telemedicine untuk mengurangi frekuensi kunjungan langsung pasien ke fasilitas kesehatan, sehingga mengurangi emisi transportasi dan penggunaan sumber daya.
  • Pengurangan Prosedur Medis yang Tidak Perlu: Melakukan evaluasi ketat terhadap kebutuhan setiap prosedur medis untuk menghindari tindakan yang tidak perlu dan mengurangi penggunaan sumber daya.
  • Pengelolaan Limbah Medis yang Efektif: Menerapkan sistem pengelolaan limbah medis yang efektif untuk meminimalkan dampak lingkungan.

APAGE telah mengembangkan serangkaian pernyataan posisi yang bertujuan untuk membimbing para praktisi kesehatan dalam menerapkan praktik berkelanjutan di bidang gastroenterologi. Salah satu rekomendasi utamanya adalah pemanfaatan kecerdasan buatan dalam endoskopi untuk meningkatkan ketepatan diagnosis dan mengurangi kebutuhan biopsi yang tidak perlu.

FKUI, sebagai institusi akademik terkemuka, memiliki peran penting dalam mengedukasi dan melatih tenaga medis mengenai pentingnya praktik berkelanjutan. Melalui penelitian dan program pendidikan yang inovatif, FKUI dapat menjadi pusat unggulan dalam pengembangan dan penerapan standar praktik hijau di bidang gastroenterologi dan kedokteran secara umum.

Inisiatif ini menandai langkah penting menuju sistem kesehatan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan keterlibatan aktif dari para ahli dan pemangku kepentingan, diharapkan rekomendasi ini dapat diadaptasi dan diimplementasikan secara luas di Indonesia, sehingga mendukung kesehatan masyarakat yang lebih baik sambil menjaga kelestarian lingkungan.