Sara Duterte Kembali ke Filipina Usai Dampingi Ayah di Tengah Proses Hukum ICC
Sara Duterte Kembali ke Filipina Usai Dampingi Ayah di Tengah Proses Hukum ICC
Manila, Filipina – Sara Duterte, Wakil Presiden Filipina yang menghadapi proses pemakzulan, telah kembali ke tanah air setelah menghabiskan hampir sebulan di Den Haag, Belanda, mendampingi ayahnya, mantan Presiden Rodrigo Duterte. Rodrigo Duterte sendiri tengah menghadapi tuduhan serius atas kejahatan terhadap kemanusiaan di Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait kebijakannya dalam perang melawan narkoba.
"Pekerjaan saya di sini sudah selesai," ujar Sara kepada awak media sesaat sebelum keberangkatannya dari Belanda. Ia menegaskan bahwa tim hukum yang membela sang ayah telah siap sepenuhnya. Sara juga mengklaim telah menyerahkan semua dokumen yang dibutuhkan kepada ICC. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa keluarganya tidak berencana mencari bantuan finansial eksternal untuk menutupi biaya pembelaan hukum Rodrigo Duterte. "Jika kami perlu menjual aset untuk mendukung kebutuhan finansial, kami akan melakukannya," tegasnya.
Rodrigo Duterte ditangkap pada 11 Maret lalu dan langsung dihadapkan ke pengadilan di Belanda pada hari yang sama. Dakwaan yang menjeratnya berkaitan dengan ribuan kematian, mayoritas dari kalangan masyarakat miskin, yang terjadi selama masa pemerintahannya dalam kampanye pemberantasan narkoba. Sara Duterte segera menyusul ayahnya ke Den Haag dan mengambil peran aktif dalam mengoordinasikan strategi hukum serta bertindak sebagai juru bicara keluarga. Ia beberapa kali mengadakan konferensi pers di depan gedung pengadilan untuk memberikan pernyataan.
Kembalinya Sara Duterte ke Filipina bertepatan dengan momentum politik krusial. Partai PDP Laban, yang didirikan dan dipimpin oleh keluarganya, menunjukkan performa yang kurang memuaskan dalam jajak pendapat menjelang pemilihan sela pada bulan Mei. Pemilihan ini akan memperebutkan 12 kursi di Senat dan ribuan posisi di tingkat lokal di seluruh Filipina, negara kepulauan dengan populasi sekitar 117 juta jiwa.
Selain itu, klan Duterte juga terlibat dalam perseteruan sengit dengan Presiden Ferdinand Marcos Jr., yang sebelumnya merupakan sekutu politik mereka. Sara Duterte bahkan menjadi calon wakil presiden Marcos dalam pemilihan presiden tahun 2022, di mana mereka berhasil meraih kemenangan besar. Namun, aliansi ini tidak bertahan lama. Perselisihan yang awalnya terpendam kini telah meledak menjadi perang terbuka, dengan kedua dinasti politik saling menyerang di depan publik. Rodrigo Duterte bahkan secara terbuka menuduh Marcos sebagai pengguna narkoba.
Posisi Sara Duterte sebagai Wakil Presiden semakin terancam dengan proses pemakzulan yang bergulir di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada awal Februari. Ia dituduh melakukan "pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap kepercayaan publik, korupsi, dan kejahatan tinggi lainnya." Salah satu tuduhan yang paling serius adalah dugaan keterlibatannya dalam rencana pembunuhan terhadap Presiden Marcos, yang didasarkan pada komentar publik yang dianggap sebagai ungkapan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah. Sidang Senat terkait pemakzulan Sara Duterte dijadwalkan akan berlangsung setelah pemilihan sela pada 12 Mei. Hasil dari pemilihan tersebut diperkirakan akan memengaruhi komposisi Senat, yang pada gilirannya akan menentukan nasib politik Sara Duterte. Jika terbukti bersalah, ia akan dilarang memegang jabatan publik di masa depan.
Berikut poin penting dari berita ini:
- Sara Duterte kembali ke Filipina setelah mendampingi Rodrigo Duterte di Den Haag.
- Rodrigo Duterte menghadapi tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan di ICC.
- Sara Duterte menyatakan tim hukum ayahnya sudah siap dan dokumen telah diserahkan.
- Keluarga Duterte tidak berencana mencari bantuan keuangan eksternal.
- Partai PDP Laban tertinggal dalam jajak pendapat menjelang pemilihan sela.
- Perseteruan antara klan Duterte dan Presiden Marcos semakin memanas.
- Sara Duterte menghadapi proses pemakzulan di Senat.