Korea Selatan Siapkan Dana Darurat Rp 34 Triliun untuk Selamatkan Industri Otomotif dari Dampak Tarif Impor AS
Korsel Siapkan Dana Talangan untuk Industri Otomotif Hadapi Tarif Trump
Pemerintah Korea Selatan (Korsel) mengambil langkah antisipatif untuk melindungi industri otomotif dalam negeri dari potensi dampak negatif kebijakan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS). Dana darurat senilai 3 triliun won, atau setara dengan sekitar Rp 34,1 triliun, disiapkan untuk disuntikkan ke sektor otomotif yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian negara.
Kebijakan tarif impor yang digagas oleh mantan Presiden AS Donald Trump menjadi perhatian utama pemerintah Korsel. Langkah proteksionis ini dikhawatirkan akan memukul ekspor otomotif Korsel ke AS, yang merupakan pasar utama bagi produk-produk otomotif buatan Korsel. Hampir separuh dari total ekspor mobil Korsel ditujukan ke pasar Amerika Serikat.
Strategi Penyelamatan Industri Otomotif
Dana darurat ini akan disalurkan melalui lembaga keuangan milik negara, seperti Bank Pembangunan Korea (KDB). Pemerintah Korsel berharap suntikan dana ini dapat membantu perusahaan otomotif lokal untuk tetap kompetitif di pasar global, meskipun dihadapkan pada tantangan tarif impor.
"Dukungan keuangan ini kemungkinan akan mencapai sekitar 3 triliun won, meskipun jumlah pastinya masih dalam tahap finalisasi," ungkap seorang pejabat dari Kementerian Ekonomi dan Keuangan Korsel. "Dana tersebut akan disalurkan melalui program pinjaman yang sudah ada di KDB," lanjutnya.
Selain suntikan dana darurat, KDB dan lembaga keuangan lainnya juga akan menyediakan dukungan keuangan yang lebih luas hingga mencapai 248 triliun won sepanjang tahun ini. Dukungan ini bertujuan untuk membantu bisnis di berbagai sektor dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang tidak pasti dan melakukan restrukturisasi industri.
Investasi pada Teknologi Mobilitas Masa Depan
Sebagai langkah jangka panjang, pemerintah Korsel juga berencana untuk membentuk dana strategis senilai 50 triliun won selama lima tahun ke depan. Dana ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan teknologi mobilitas masa depan, seperti mobil listrik, mobil otonom, dan teknologi terkait lainnya. Investasi ini diharapkan dapat membantu Korsel untuk tetap menjadi pemain utama dalam industri otomotif global di masa depan.
Komisi Layanan Keuangan Korsel juga telah mengadakan pertemuan dengan para pemimpin bank-bank komersial besar dan lembaga keuangan milik negara. Pertemuan ini bertujuan untuk mengkoordinasikan upaya untuk mendukung sektor otomotif yang tengah berjuang menghadapi tantangan global.
Dampak Tarif Impor AS
Sektor otomotif merupakan salah satu penyumbang devisa utama bagi Korea Selatan. Pada tahun 2024, nilai ekspor mobil ke AS mencapai 34,7 miliar dollar AS, atau hampir setengah dari seluruh ekspor kendaraan Korsel.
Para analis memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh AS dapat berdampak signifikan terhadap perekonomian Korsel. Kenaikan tarif impor akan menyebabkan harga mobil Korea di pasar AS menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi daya saing produk-produk otomotif Korsel.
Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Institut Penelitian Ekonomi IBK memperkirakan bahwa ekspor mobil Korea Selatan ke AS akan turun sebesar 18,6 persen jika AS mengenakan tarif sebesar 25 persen untuk impor mobil. Pemerintah Korsel berharap langkah-langkah yang diambil dapat meminimalkan dampak negatif dari kebijakan tarif impor AS dan menjaga stabilitas industri otomotif dalam negeri.
Rincian Bantuan Pemerintah:
- Dana Darurat: 3 triliun won (sekitar Rp 34,1 triliun)
- Penyalur: Bank Pembangunan Korea (KDB)
- Dukungan Keuangan Tambahan: Hingga 248 triliun won
- Dana Strategis: 50 triliun won (selama 5 tahun) untuk pengembangan teknologi mobilitas masa depan