Ancaman Resesi Mengintai: Analisis Dampak Tarif Impor Trump Terhadap Ekonomi Amerika Serikat
Gelombang Tarif Impor Trump Memicu Kekhawatiran Resesi di AS
Kebijakan tarif impor yang digagas oleh mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menjadi sorotan dan memicu kekhawatiran serius di kalangan ekonom. Dikenal dengan istilah "Hari Pembebasan", kebijakan yang diumumkan pada Rabu, 2 April 2025, ini bertujuan untuk memulihkan kejayaan manufaktur AS dan menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, alih-alih membawa kemakmuran, para ahli ekonomi justru memperingatkan potensi dampak negatif yang signifikan, termasuk resesi dan stagnasi ekonomi.
Kontradiksi Janji Trump dan Realitas Ekonomi
Trump mengklaim bahwa tarif impor universal sebesar 10% untuk semua impor AS, ditambah tarif timbal balik terhadap sekitar 90 negara, akan merevitalisasi industri manufaktur, membuka lapangan kerja, dan meningkatkan pendapatan negara. Akan tetapi, para ekonom melihat adanya potensi inflasi yang melonjak dan pertumbuhan ekonomi yang terhambat.
Biaya tarif impor akan ditanggung oleh perusahaan-perusahaan AS yang mengimpor barang dan bahan baku dari luar negeri. Beban ini kemungkinan besar akan dialihkan kepada konsumen melalui kenaikan harga. Mengingat belanja konsumen menyumbang sekitar 70% dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS, kenaikan harga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Stagflasi: Momok Ekonomi yang Menghantui
Kombinasi antara stagnasi ekonomi dan inflasi tinggi, atau yang disebut stagflasi, menjadi ancaman nyata akibat kebijakan tarif impor ini. Risiko resesi, yang ditandai dengan penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut, juga semakin meningkat. Mark Zandi, kepala ekonom Moody's Analytics, bahkan memperingatkan bahwa tindakan pembalasan dari negara lain dapat memicu resesi global yang serius.
Zandi memprediksi resesi di AS dapat mengurangi PDB sebesar 2% dan meningkatkan angka pengangguran menjadi 7,5%, jauh di atas angka saat ini yang sebesar 4,1%. Meskipun skenario ini belum pasti, potensi dampaknya sangat mengkhawatirkan.
Reaksi Balasan dari China
Sebagai respons terhadap kebijakan tarif impor Trump, China telah mengumumkan akan menerapkan tarif balasan sebesar 34% pada impor AS mulai 10 April 2025. Eskalasi perang dagang antara kedua negara ini dapat memperburuk kondisi ekonomi global.
Namun, Zandi juga memberikan sedikit harapan. Jika pemerintah AS melonggarkan beberapa tarif dan memberikan pengecualian untuk produk atau negara tertentu, dampak resesi dapat diredam, dengan tingkat pengangguran mencapai 5,5%. Meskipun demikian, ia tetap memberikan probabilitas yang lebih tinggi pada skenario resesi yang lebih parah.
Inflasi yang Tak Terhindarkan
Gregory Daco, kepala ekonom di EY, menegaskan bahwa kebijakan tarif Trump akan meningkatkan inflasi. Ia memperkirakan inflasi dapat meningkat sebesar 1 poin persentase pada akhir tahun, mendekati angka 4%. Hal ini tentu akan memberatkan masyarakat AS, terutama mereka yang mendukung Trump dengan harapan mengakhiri inflasi pasca-pandemi.
Jajak pendapat CBS News baru-baru ini menunjukkan bahwa sebagian besar warga AS khawatir bahwa fokus presiden pada tarif justru akan menaikkan harga dan kurang memperhatikan upaya menurunkan biaya konsumen.
Seema Shah, kepala strategi global di Principal Asset Management, menambahkan bahwa kenaikan tarif yang menargetkan negara-negara kunci dalam rantai pasokan AS, seperti China, Vietnam, Taiwan, dan Kamboja, akan menyebabkan harga barang sehari-hari menjadi lebih mahal.
Prediksi Para Ekonom: Gambaran Suram Ekonomi AS
Berikut adalah beberapa prediksi dari para ekonom mengenai dampak tarif impor Trump terhadap ekonomi AS:
- Oxford Economics: Pertumbuhan ekonomi AS diprediksi mencapai 1,4% dan inflasi inti naik menjadi 3,9% pada tahun ini.
- PNC Financial Services: Risiko resesi jangka pendek meningkat secara dramatis akibat perang dagang yang sedang berlangsung.
- Capital Economics: Pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan melambat menjadi sekitar 1,5% per tahun, dengan risiko resesi sekitar 30%. Inflasi CPI AS diperkirakan melonjak menjadi sekitar 4,5% pada akhir tahun.
- Deutsche Bank: Pertumbuhan ekonomi AS berpotensi terpangkas sebesar 1 hingga 1,5 poin persentase dan inflasi inti AS meningkat dengan jumlah yang sama.
- Morningstar: Kenaikan tarif yang diumumkan merupakan bencana ekonomi yang ditimbulkan sendiri oleh AS. Perkiraan pertumbuhan PDB riil AS untuk tahun 2025 dan 2026 kemungkinan akan diturunkan.
Dengan berbagai prediksi yang suram ini, jelas bahwa kebijakan tarif impor Trump membawa risiko besar bagi ekonomi AS dan global. Perlu adanya pertimbangan yang matang dan solusi alternatif untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar.