Jusuf Kalla Sarankan Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi, Hindari Perang Tarif dengan Amerika Serikat
Jusuf Kalla Sarankan Indonesia Tempuh Jalur Diplomasi, Hindari Perang Tarif dengan Amerika Serikat
Jakarta, [Tanggal Hari Ini] - Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, Jusuf Kalla, memberikan pandangannya terkait potensi eskalasi perang dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat. Beliau menyarankan agar pemerintah Indonesia tidak terburu-buru mengikuti langkah Tiongkok yang menerapkan tarif balasan terhadap produk impor asal AS. Menurutnya, posisi Indonesia berbeda signifikan dengan Tiongkok, sehingga respons yang diambil pun perlu disesuaikan dengan kondisi dan kepentingan nasional.
Jusuf Kalla menjelaskan bahwa struktur perdagangan antara Tiongkok dan AS sangat berbeda dengan Indonesia. Ia mencontohkan, mayoritas barang yang dijual di jaringan ritel besar seperti Walmart di Amerika Serikat adalah produk manufaktur asal Tiongkok. Indonesia, sebaliknya, tidak memiliki ketergantungan yang sama pada pasar AS untuk produk manufaktur jadi.
"Saya kira kita bukan posisi seperti China. China lebih banyak pabrik barang jadi. Kalau ada masuk ke Walmart di Amerika, mungkin 90 persen barang yang dijual itu buatan China, barang jadi semua. Kalau kita tidak. Sebagian besar ada barang jadi, seperti sepatu, tapi murah," ujarnya di kediamannya di Jakarta.
Alih-alih memberlakukan tarif balasan yang berpotensi merugikan kedua belah pihak, Jusuf Kalla menyarankan agar pemerintah Indonesia fokus pada negosiasi dan klarifikasi terkait tuduhan pengenaan tarif tinggi terhadap produk-produk AS yang masuk ke Indonesia. Ia mempertanyakan dasar pengenaan tarif sebesar 64% yang dikeluhkan oleh pihak AS.
"Negosiasi ialah menurunkan tarif itu. Karena dasarnya bahwa dianggap Amerika, kita kenakan dia 64 persen (tarif). (Dari) mana 64 persen itu? Angka apa? Sehingga kena 32 persen, itu negosiasikan. Mana buktinya bahwa tidak benar itu?" ungkapnya.
Jusuf Kalla menekankan pentingnya membuktikan kepada pihak AS bahwa tarif yang dikenakan oleh Indonesia sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak diskriminatif. Dengan demikian, diharapkan AS dapat mempertimbangkan untuk menurunkan tarif terhadap produk-produk Indonesia.
Usulan Pendekatan Timbal Balik
Sebelumnya, Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) mengusulkan pendekatan reciprocal tariff sebagai solusi jangka pendek untuk mengatasi potensi ketidakadilan dalam perdagangan dengan AS. Sekretaris Jenderal GIAMM, Rachmat Basuki, menyatakan bahwa jika AS mengenakan tarif tinggi, Indonesia perlu menyesuaikan diri dengan memberlakukan tarif serupa. Namun, ia juga mengingatkan agar opsi lain seperti penurunan tarif untuk produk AS tetap dipertimbangkan untuk mencapai keseimbangan.
"Kalau mereka kenakan tarif tinggi, kita pun perlu menyesuaikan. Tarif dibalas tarif. Tapi juga jangan lupa opsi lain seperti menurunkan tarif untuk produk AS agar terjadi keseimbangan,” ujar Rachmat Basuki dalam siaran persnya.
Dengan demikian, terdapat dua pandangan berbeda mengenai respons Indonesia terhadap potensi perang tarif dengan AS. Jusuf Kalla menekankan pentingnya diplomasi dan negosiasi, sementara GIAMM mengusulkan pendekatan timbal balik sebagai langkah yang lebih tegas.
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempertimbangkan berbagai opsi yang ada dan mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan nasional, dengan tetap menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara mitra dagang lainnya.
Berikut adalah beberapa poin penting dari berita ini:
- Jusuf Kalla menyarankan Indonesia menghindari perang tarif dengan AS.
- Beliau menekankan perbedaan posisi Indonesia dan Tiongkok dalam perdagangan dengan AS.
- Jusuf Kalla mengusulkan negosiasi dan klarifikasi tarif sebagai solusi.
- GIAMM mengusulkan pendekatan reciprocal tariff.
- Pemerintah Indonesia diharapkan mengambil keputusan terbaik untuk kepentingan nasional.