Terobosan Bioteknologi: Pisang Hasil Rekayasa Genetika Lebih Awet dan Kurangi Limbah Pangan

Terobosan Bioteknologi: Pisang Hasil Rekayasa Genetika Lebih Awet dan Kurangi Limbah Pangan

Pisang, buah tropis yang digemari di seluruh dunia, dikenal karena rasa manisnya, kemudahan konsumsinya, dan kandungan nutrisinya yang kaya. Buah ini menjadi sumber energi instan bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang aktif berolahraga. Sayangnya, pisang memiliki kelemahan: umur simpannya yang relatif singkat. Proses pematangan yang cepat seringkali menyebabkan perubahan warna menjadi cokelat, tekstur yang lembek, dan akhirnya pembusukan, sehingga banyak pisang terbuang percuma.

Menyadari permasalahan ini, Tropic Biosciences, sebuah perusahaan bioteknologi yang berbasis di Inggris, telah mengembangkan solusi inovatif. Mereka memperkenalkan pisang hasil rekayasa genetika yang dirancang untuk memiliki umur simpan yang lebih lama. Melalui teknologi penyuntingan gen CRISPR, para ilmuwan di Tropic Biosciences berhasil menonaktifkan gen yang bertanggung jawab atas produksi enzim polifenol oksidase (PPO). Enzim inilah yang memicu proses pencoklatan pada buah pisang setelah dikupas atau terluka.

Manfaat Potensial Pisang Rekayasa Genetika

  • Mengurangi Limbah Pangan: Salah satu manfaat utama dari pisang hasil rekayasa genetika ini adalah potensi pengurangan limbah pangan. Data menunjukkan bahwa sebagian besar pisang yang diekspor terbuang sebelum mencapai konsumen akhir. Dengan memperlambat proses pematangan dan pencoklatan, pisang ini diharapkan dapat bertahan lebih lama di rak-rak toko dan di rumah tangga, sehingga mengurangi jumlah pisang yang terbuang.
  • Mengurangi Emisi Karbon: Pengurangan limbah pangan juga berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Produksi, pengangkutan, dan pembuangan makanan yang terbuang menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Dengan mengurangi jumlah pisang yang terbuang, inovasi ini dapat membantu mengurangi jejak karbon dari industri pisang.
  • Meningkatkan Efisiensi Rantai Pasokan: Umur simpan yang lebih lama memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam rantai pasokan pisang. Distribusi pisang dapat dilakukan dengan lebih efisien, mengurangi risiko kerusakan dan kerugian selama transportasi.

Karakteristik dan Keamanan Pisang Rekayasa Genetika

Menurut Tropic Biosciences, pisang hasil rekayasa genetika ini memiliki rasa, aroma, dan tingkat kemanisan yang sama dengan pisang konvensional. Satu-satunya perbedaan adalah daging buahnya tidak mudah berubah warna menjadi cokelat. Hal ini membuat pisang ini ideal untuk digunakan dalam salad buah, hidangan penutup, atau sebagai camilan siap saji.

Tropic Biosciences mengklaim bahwa kesegaran pisang ini dapat bertahan hingga 10 hari lebih lama dibandingkan pisang biasa. Dalam pengujian, pisang hasil rekayasa genetika ini tetap berwarna kuning hingga 12 jam setelah dikupas. Pisang ini telah disetujui untuk dijual di beberapa negara, termasuk Amerika Serikat dan Kanada, dan diharapkan akan tersedia di pasar pada tahun 2025.

Perbandingan dengan Inovasi Sebelumnya

Inovasi yang dilakukan oleh Tropic Biosciences ini bukanlah yang pertama dalam upaya memperpanjang umur simpan buah-buahan. Sebelumnya, pada tahun 2017, apel Arktik diperkenalkan dengan teknologi serupa. Melalui rekayasa genetika, gen yang menghasilkan enzim PPO pada apel Arktik dihilangkan, sehingga apel tersebut tidak mudah berubah warna menjadi cokelat setelah dipotong. Apel Arktik telah disetujui oleh FDA dan telah tersedia di pasar Amerika Serikat sejak tahun 2017.

Perspektif Masa Depan

Pengembangan pisang hasil rekayasa genetika ini merupakan langkah maju yang menjanjikan dalam upaya mengurangi limbah pangan dan meningkatkan keberlanjutan industri pertanian. Jika berhasil diadopsi secara luas, inovasi ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap lingkungan dan ekonomi. Meskipun demikian, penting untuk terus melakukan penelitian dan pengawasan untuk memastikan keamanan dan manfaat jangka panjang dari teknologi rekayasa genetika dalam produksi pangan.

Dengan potensi untuk mengurangi limbah makanan dan emisi CO2, pisang yang tidak cepat kecokelatan buatan Tropic Biosciences dapat mendukung pengurangan emisi CO2 yang setara dengan menghilangkan 2 juta kendaraan penumpang dari jalan raya setiap tahun.