One Way Puncak: Wisatawan Terjebak Macet, Jasa Joki Alternatif Marak Bermunculan

One Way Puncak Hambat Perjalanan Wisatawan, Joki Alternatif Tawarkan Solusi Berbayar

Akhir pekan ini, kawasan Puncak, Jawa Barat, kembali dipadati wisatawan yang ingin menikmati liburan. Namun, penerapan sistem one way atau satu arah, yang bertujuan mengurai kemacetan, justru menjadi kendala bagi sebagian pengunjung. Di tengah situasi ini, fenomena joki alternatif atau penunjuk jalan berbayar semakin marak bermunculan, menawarkan jasa untuk menghindari kemacetan dengan iming-iming jalur alternatif.

Kisah Para Wisatawan yang Terdampak One Way

Hasan (35), seorang warga Tangerang yang berencana berlibur ke Cianjur bersama keluarga, mengaku terjebak macet selama lebih dari dua jam di Simpang Gadog akibat penerapan one way. Meski demikian, ia tetap berusaha menikmati liburannya. Namun, rencana liburannya terganggu oleh kabar duka dari keluarga di Tangerang. Ia pun harus kembali ke Tangerang dan menunggu buka tutup jalur.

Saat menunggu, Hasan ditawari oleh joki untuk menggunakan jalan alternatif dengan tarif Rp 150 ribu. Ia menolak tawaran itu karena khawatir dengan potensi pemalakan yang sering terjadi.

Lain halnya dengan Yana (30), seorang warga Cipanas yang berprofesi sebagai sopir. Ia juga terjebak macet di Simpang Gadog setelah mengantar penumpang ke Jakarta. Yana pun didekati oleh seorang joki yang menawarkan jalan alternatif. Namun, ia menolak tawaran tersebut karena memiliki pengalaman buruk terkait jasa joki.

"Dulu pernah di Cisarua, ada yang minta diantar sampai Taman Safari Indonesia. Nego sampai Rp 100 ribu, pas nyampe harganya beda lagi. Berantem di situ," kenang Yana.

Norman (52), seorang wisatawan asal Tangerang, juga merasakan dampak dari penerapan one way. Ia dan keluarga yang baru pertama kali berkunjung ke Puncak, terpaksa menunggu sejak pukul 2 siang. Karena merasa bosan, Norman memutuskan untuk membatalkan rencananya dan langsung pulang.

Penawaran Jasa Joki Alternatif yang Bervariasi

Supri (34), menantu dari Norman, mengungkapkan kekecewaannya terhadap situasi ini. Ia juga mengaku ditawari jasa joki alternatif oleh beberapa orang. Yang membuatnya bingung, tarif jasa tersebut tidak memiliki standar yang jelas.

"Dari tadi sudah ada 7-8 orang yang nawarin joki. Tiap maju sedikit, datang yang lain," kata Supri.

"Tadi katanya dia nawarin sampe sejauh yang dia tahu, harganya Rp 300-400 ribuan. Tapi kan kita nggak tahu di sana nanti dia minta berapa," lanjutnya.

Supri merasa heran dengan fenomena joki alternatif ini. Ia menganggapnya sebagai hal baru, karena biasanya hanya melihat pak ogah di kemacetan.

Antisipasi Kemacetan dan Jasa Joki Alternatif

Belajar dari pengalaman ini, Supri berencana untuk selalu mengecek informasi lalu lintas sebelum berlibur ke Puncak di masa depan. Selain untuk mengantisipasi kemacetan, ia juga ingin menghindari kebingungan akibat tawaran jasa joki alternatif.

Kesimpulan

Penerapan sistem one way di Puncak, meski bertujuan mengurai kemacetan, ternyata berdampak pada para wisatawan. Munculnya jasa joki alternatif menjadi solusi bagi sebagian orang, namun juga menimbulkan kekhawatiran terkait tarif dan potensi pemalakan. Oleh karena itu, wisatawan disarankan untuk selalu mencari informasi lalu lintas terkini dan berhati-hati terhadap tawaran jasa yang tidak jelas.

Tips Menghindari Masalah dengan Joki Alternatif:

  • Cari Informasi Lalu Lintas Terkini: Manfaatkan aplikasi peta digital atau media sosial untuk mendapatkan informasi real-time tentang kondisi lalu lintas di Puncak.
  • Pertimbangkan Waktu Berkunjung: Hindari berkunjung ke Puncak saat akhir pekan atau libur panjang untuk menghindari kemacetan.
  • Jika Terjebak Macet, Bersabar: Hindari menggunakan jasa joki alternatif yang tidak jelas dan berpotensi merugikan.
  • Laporkan Tindakan Pemalakan: Jika menjadi korban pemalakan oleh joki alternatif, segera laporkan ke pihak berwajib.

Dengan persiapan yang matang dan kewaspadaan yang tinggi, liburan ke Puncak tetap bisa dinikmati tanpa harus terganggu oleh kemacetan dan jasa joki alternatif yang meresahkan.