Pengabdian Tanpa Henti: 25 Tahun Tohari, Pegawai KAI, Korbankan Lebaran Demi Layani Pemudik
Dedikasi Seorang Abdi Negara: Kisah Tohari di Balik Kelancaran Arus Mudik
Hiruk pikuk Stasiun Pasar Senen masih terasa kental, bahkan hingga H+5 Lebaran. Ribuan pemudik, baik yang baru memulai perjalanan maupun yang telah kembali dari kampung halaman, memadati setiap sudut stasiun. Di tengah keramaian itu, ada sosok yang telah mengabdikan dirinya selama 25 tahun, rela mengorbankan momen Lebaran bersama keluarga demi memastikan kelancaran arus mudik dan balik: Tohari.
Tohari (50), Asisten Manager Eksternal Humas KAI Daop 1 Jakarta, adalah salah satu pahlawan tanpa tanda jasa yang bekerja tanpa lelah di balik layar. Baginya, tugas adalah panggilan jiwa, sebuah prioritas yang tak bisa ditawar, terutama di saat jutaan orang berbondong-bondong menuju kampung halaman.
"Kami sudah harus menjalankan tugas posko untuk membantu masyarakat pengguna kereta api dalam melaksanakan mudik," ujar Tohari dengan nada tulus, saat ditemui di tengah kesibukannya.
Perjalanan karir Tohari di PT KAI dimulai pada tahun 1996 di wilayah Daop 9. Dua tahun kemudian, ia dipercaya menjadi masinis, mengendalikan lokomotif dan mengantarkan penumpang ke tujuan mereka. Sejak saat itulah, tradisi Salat Id bersama keluarga terpaksa ia tinggalkan, digantikan dengan suasana stasiun tempatnya bertugas.
"Setelah saya menjadi masinis, sudah mulai tidak mudik. Kadang pas Salat Id di Surabaya, kadang di Banyuwangi. Dulu waktu masih di Jember, paling jauh ya di Surabaya," kenangnya.
Kini, istri dan ketujuh anak Tohari menetap di Jember, Jawa Timur. Sementara itu, Tohari bertugas di wilayah Daop 1 Jakarta. Selepas Salat Id kemarin, ia hanya bisa bertatap muka secara virtual dengan keluarganya, melepas rindu yang terpendam.
"Setelah Salat Id, sebelum standby posko di stasiun Senen atau Gambir, kami video call dulu sama istri dan anak-anak," tuturnya.
Tohari bersyukur bahwa keluarganya memahami dan mendukung penuh pengabdiannya. Terlebih di saat-saat krusial seperti momen Lebaran.
"Yang penting anak-anak, istri di rumah, dan orang tua semuanya sehat. Alhamdulillah, kami di sini juga sedang menjalankan tugas untuk melayani masyarakat yang sedang mudik," ungkap Tohari dengan penuh syukur.
Meski demikian, anak bungsunya kerap melayangkan protes karena ayahnya tak bisa hadir di rumah saat Lebaran. Namun, Tohari memakluminya, karena sang anak masih kecil.
"Protes pasti ada, terutama yang masih kecil-kecil. Mereka biasanya protes karena Bapaknya tidak pernah pulang. Tapi kalau yang sudah besar, mereka sudah mengerti," jelas Tohari.
"Karena memang setiap tahun, Bapaknya tidak pernah mudik. Apalagi sebelumnya, saya juga mantan masinis, juga tidak pernah melaksanakan mudik," imbuhnya.
Walaupun tak lagi menjadi masinis, tanggung jawab Tohari tak berkurang. Ia tetap berupaya sekuat tenaga untuk memastikan kelancaran perjalanan para pemudik yang ingin bertemu keluarga di kampung halaman.
Kendati demikian, Tohari berjanji akan segera pulang untuk melepas rindu bersama keluarganya, setelah masa mudik Lebaran selesai dan berjalan dengan aman.
"Nanti setelah masa posko, kami akan dapat libur pengganti. Gantian sama teman-teman yang lain, yang juga sedang menjalankan posko," jelasnya.
"Jadi, kami bergantian untuk berlibur. Tidak bisa langsung barengan semua," pungkas Tohari.
Kisah Tohari adalah cerminan dedikasi dan pengorbanan para petugas KAI yang rela berjauhan dari keluarga demi melayani masyarakat. Semangat pengabdian seperti inilah yang patut diapresiasi dan menjadi inspirasi bagi kita semua.