Perjalanan Inspiratif Kak Seto: Dari Frustrasi Masa Muda hingga Dedikasi Tanpa Henti pada Anak-anak Indonesia

Masa Lalu yang Membentuk Ikon Anak-anak

Siapa yang tak mengenal Kak Seto Mulyadi? Sosok pria berusia 73 tahun ini telah mengabdikan lebih dari setengah abad hidupnya untuk membela dan memperjuangkan hak-hak anak di Indonesia. Namun, di balik citra sukses dan dedikasi yang tak tergoyahkan itu, tersimpan kisah masa lalu yang penuh perjuangan dan tantangan.

Sebelum menjadi ikon pembela anak-anak yang kita kenal sekarang, Kak Seto pernah mengalami masa-masa sulit yang bahkan membuatnya merasa terpuruk. Dalam perayaan 55 tahun pengabdiannya kepada dunia anak-anak yang diadakan pada Jumat, 4 April 2025, Kak Seto berbagi cerita tentang masa lalunya yang penuh liku.

Salah satu pengalaman pahit yang membekas dalam ingatannya adalah ketika ia merasa dibandingkan dengan saudara kembarnya oleh orang tuanya. Sang saudara kembar dianggap lebih berhasil karena berhasil masuk ke fakultas kedokteran, sementara Kak Seto mengalami kegagalan berulang kali untuk masuk ke jurusan yang sama di berbagai universitas.

"Saya pernah frustrasi, gagal masuk fakultas kedokteran di empat kampus, dan di rumah dibanding-bandingkan dengan saudara kembar saya yang sukses diterima di fakultas kedokteran. Saya betul-betul frustrasi, akhirnya saya memutuskan minggat dari rumah ke Jakarta," ungkap Kak Seto.

Keputusan untuk pergi ke Jakarta tanpa sepengetahuan orang tua menjadi titik balik dalam hidupnya. Di ibu kota, Kak Seto harus berjuang keras untuk bertahan hidup. Ia sempat menjadi seorang gelandangan selama beberapa bulan, hidup dalam keterbatasan dan tanpa dukungan dari keluarga atau teman.

Titik Balik dalam Kehidupan Kak Seto

Namun, Kak Seto tidak menyerah pada keadaan. Ia terus berusaha mencari peluang untuk memperbaiki hidupnya. Perjuangan itu membuahkan hasil ketika ia bertemu dengan Bapak dan Ibu Kasur, tokoh-tokoh legendaris di dunia pendidikan dan hiburan anak-anak. Pertemuan ini menjadi titik balik dalam perjalanan hidup Kak Seto.

Pada tanggal 4 April 1970, Kak Seto mulai bekerja membantu Bapak dan Ibu Kasur dalam acara-acara mereka di TVRI. Awalnya, ia bahkan rela tidak dibayar, karena yang terpenting baginya adalah mendapatkan kesempatan untuk belajar dan berkarya.

"Saya cari-cari tempat kerja selalu ditolak, akhirnya saya melihat ada tayangan Ibu Kasur di TVRI, akhirnya saya ke TVRI katanya bukan di sini Ibu Kasur, dia di rumahnya di Cikini, akhirnya saya jalan kaki dari Senayan ke Cikini," cerita Kak Seto.

Ia melanjutkan, "Terus nyampe jam 2 saya ketemu Pak Kasur, karena katanya Bu Kasur sedang istirahat, lalu terus saya bilang saya ingin jadi pembantu Bapak Kasur, nggak usah digaji, terus ya sudah entar datang saja ke Taman Situ Lembang."

Kak Seto sangat berterima kasih kepada Bapak dan Ibu Kasur yang telah memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi asisten dalam acara mereka. Pengalaman ini menjadi bekal berharga baginya untuk terus berkarya dan mengabdikan diri di dunia anak-anak.

4 April: Hari Pengabdian untuk Anak-anak

Sejak saat itu, Kak Seto selalu mengenang tanggal 4 April sebagai hari yang spesial. Hari itu menjadi simbol pengabdiannya kepada anak-anak Indonesia. Setiap tahun, ia selalu memperingati tanggal tersebut sebagai momentum untuk merefleksikan perjalanan hidupnya dan meningkatkan komitmennya untuk terus berjuang demi kesejahteraan anak-anak.

"Pas jam 4 sore saya bilang Pak Kasur, saya yang tadi datang ke rumah, terus oke bantu. Dibilang saya asisten Pak Kasur. Setiap tanggal 4 April, saya kenang sebagai hari pengabdian saya di dunia anak-anak. Saya peringati yang pertama, kedua, 10 tahun, 20, 30, terakhir 50, tahun ini ke-55," tutur Kak Seto.

Kisah Kak Seto adalah inspirasi bagi kita semua, terutama bagi generasi muda. Bahwa kesuksesan tidak datang dengan mudah. Dibutuhkan kerja keras, ketekunan, dan semangat pantang menyerah untuk mencapai tujuan. Dan yang terpenting, dedikasi untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.