Banjir Bekasi: Kontroversi Penginapan Wali Kota di Hotel Saat Warga Mengungsi

Banjir Bekasi: Kontroversi Penginapan Wali Kota di Hotel Saat Warga Mengungsi

Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, dan keluarganya menjadi sorotan publik setelah video beredar di media sosial yang memperlihatkan istri beliau, Wiwiek Hargono, menginap di sebuah hotel berbintang di tengah bencana banjir yang melanda Kota Bekasi. Kejadian ini memicu perdebatan publik terkait kepatutan tindakan tersebut, mengingat ribuan warga Bekasi terpaksa mengungsi akibat terjangan banjir yang merendam rumah-rumah mereka.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, memberikan komentarnya terkait polemik ini. Ia menilai tindakan Wali Kota dan keluarganya menginap di hotel sebagai hal yang lumrah, terutama untuk mempermudah koordinasi penanganan bencana. Namun, ia menyoroti kurang bijaknya unggahan video tersebut di media sosial yang justru memicu kontroversi. Adi menekankan pentingnya sensitivitas pejabat publik dan keluarga dalam menggunakan media sosial, karena apa yang dianggap biasa di kehidupan nyata dapat ditafsirkan berbeda di ranah digital. Ia mengingatkan agar pejabat publik lebih selektif dalam membagikan aktivitas pribadinya di media sosial, guna mencegah timbulnya kesalahpahaman dan kontroversi yang tidak perlu.

Sementara itu, Wali Kota Tri Adhianto memberikan klarifikasi mengenai peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa keputusan menginap di hotel diambil karena rumahnya terendam banjir pada Selasa dini hari, setelah ia menyelesaikan tugasnya hingga larut malam. Keputusan ini, menurutnya, diambil agar ia tetap dapat menjalankan tugasnya mengawasi dan memimpin upaya penanganan banjir di berbagai titik di Kota Bekasi keesokan harinya. Ia membantah tudingan bahwa penginapan di hotel tersebut merupakan bentuk kemewahan, dan menegaskan bahwa ia dan keluarganya hanya menginap sebentar dan telah langsung turun ke lapangan untuk membantu warga terdampak sejak pagi hari.

Banjir yang melanda Bekasi telah mengakibatkan dampak yang cukup signifikan. Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, sebanyak 52.000 jiwa terdampak di Kabupaten dan Kota Bekasi. Banjir merendam 14 kecamatan di Kabupaten Bekasi dan 7 kecamatan di Kota Bekasi, dengan ketinggian air bervariasi antara 50 hingga 350 cm. Selain rumah warga, sejumlah fasilitas publik, termasuk rumah sakit, juga terdampak banjir. Hingga saat ini, banjir belum menunjukkan tanda-tanda surut dan upaya penanganan darurat masih terus dilakukan oleh BPBD Jabar bersama relawan, meliputi evakuasi warga, pendirian tempat pengungsian darurat, dan penyediaan logistik.

Kontroversi ini menyoroti kompleksitas tugas seorang pemimpin di tengah bencana. Di satu sisi, mereka dituntut untuk memberikan contoh kepemimpinan yang baik dan empati terhadap rakyatnya. Di sisi lain, mereka juga perlu memastikan keselamatan pribadi dan keluarganya agar dapat efektif dalam memimpin dan mengelola situasi darurat. Peristiwa ini pun menjadi pembelajaran penting bagi pejabat publik terkait pengelolaan citra di media sosial, khususnya dalam situasi krisis, dan bagaimana menyeimbangkan tanggung jawab publik dengan kebutuhan pribadi.

Pernyataan tambahan: * Wali Kota Tri Adhianto mengaku menginap di hotel hanya untuk sementara waktu, guna memastikan dapat menjalankan tugasnya mengawasi penanganan banjir. * Istri Wali Kota telah turut serta membantu warga terdampak dengan menyediakan makanan sejak dini hari. * BPBD Jawa Barat telah melakukan evakuasi warga, pendirian pengungsian, dan distribusi logistik. * Banjir melanda 21 kecamatan di Bekasi dan belum surut hingga saat ini.