Rujak Mak Yah: Dari Gerobak ke QRIS, Kisah UMKM Malang Menembus Era Digital

Rujak Mak Yah: Dari Gerobak ke QRIS, Kisah UMKM Malang Menembus Era Digital

Di tengah pesatnya pembangunan dan denyut nadi ekonomi Madyopuro, Malang, sebuah warung sederhana bernama Rujak Mak Yah berdiri tegak. Lebih dari sekadar tempat mengisi perut, warung ini adalah simbol ketekunan Andriani, sang penerus resep legendaris Rujak Mak Yah.

Awal Mula di Dapur Rumah

Kisah Rujak Mak Yah bermula pada tahun 2018. Saat itu, Andriani dan ibunya memulai usaha dari dapur rumah mereka. Dengan modal terbatas, mereka menjajakan rujak cingur kepada tetangga dan kerabat terdekat. Belum ada jalan tol yang membelah Madyopuro, namun seiring dengan perkembangan infrastruktur, tol justru membuka peluang baru bagi usaha mereka. Lokasi warung yang tadinya terpencil kini menjadi strategis karena berada di dekat pintu tol.

Tradisi Rasa di Tengah Modernisasi

Kini, Rujak Mak Yah menjadi salah satu hidangan yang paling dicari dalam acara kuliner Madyopuro Mangano, terutama saat Hari Raya Idulfitri dan HUT Kota Malang. Andriani dengan cekatan meracik pesanan para pelanggan yang rela antre demi merasakan cita rasa autentik rujak cingur buatannya.

Rujak cingur, kuliner khas Jawa Timur, adalah perpaduan unik antara moncong sapi rebus, sayuran segar, dan bumbu kacang yang kaya rasa, diperkaya dengan petis. Kombinasi ini menghasilkan cita rasa yang kompleks: manis, asam, gurih, dan pedas.

"Saat Lebaran, rujak cingur sudah menjadi tradisi. Rasanya tidak lengkap kalau tidak makan rujak cingur," kata Andriani sambil tersenyum. Meskipun Lebaran hanya dirayakan sehari bersama keluarga, Andriani langsung membuka warungnya kembali pada hari kedua. Ia juga berpartisipasi dalam acara kuliner yang diselenggarakan oleh Pokjamas Madyopuro.

Segala persiapan dilakukan dengan cepat karena bahan-bahan sudah tersedia di warung utama milik ibunya. "Bahan-bahan sudah siap, jadi untuk ikut acara ini tinggal menambah bahan saja. Ibu berjualan di warung, saya di sini. Setiap hari saya membantu ibu di warung. Selama seminggu ini saya berjualan di acara ini," ujarnya.

Ledakan Pengunjung di Hari Pertama

Di luar dugaan, hari pertama acara kuliner (4 April 2025) disambut dengan antusiasme luar biasa. Baru saja membuka stan, pengunjung langsung menyerbu. Andriani, yang awalnya hanya membawa bahan seadanya, tidak menyangka dagangannya akan ludes dalam sekejap.

"Alhamdulillah, saya baru siap-siap sudah banyak yang membeli sampai habis. Saya tidak menyangka antusiasmenya sebesar ini. Awalnya hanya berjualan seadanya, mau melihat situasi dulu, ternyata satu hari ramai," ungkap Andriani.

"Yang paling banyak dicari adalah rujak, meskipun saya juga menjual nasi jagung dan makanan lainnya," tambahnya.

Lebih dari Sekadar Rasa: Transformasi UMKM

Acara kuliner Madyopuro Mangano tidak hanya tentang cita rasa, tetapi juga membawa perubahan bagi para pelaku UMKM. Acara ini memperkenalkan pentingnya legalitas usaha dan sistem transaksi modern.

Andriani kini memiliki sertifikat halal dan izin usaha, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan. "Saya ikut acara Madyopuro Mangano ini karena bisa mendapatkan sertifikat halal dan IMB. Sebelumnya tidak pernah terpikiran tentang sertifikat halal, jualan seperti biasa. Kemudian ada acara ini, yang ikut dapat sertifikat, ya saya ikut saja," kata perempuan yang juga aktif di Paud tempat tinggalnya.

Selain itu, sistem pembayaran digital juga menjadi pengalaman baru baginya. Meskipun sebelumnya ia hanya menggunakan BRImo untuk keperluan pribadi, ia belum pernah menggunakannya untuk berjualan. "Saya sebelumnya tidak punya QRIS untuk jualan. Tapi punya rekening BRImo, kadang beli apa-apa pakai QRIS. Tapi kalau jualan sendiri belum pernah. Ada rencana, tapi karena ibu saya yang menjaga warung, bingung kalau pembayaran pakai QRIS, karena kan orang zaman dulu untuk mengikuti cara pembayaran ini bingung," tuturnya.

Dorongan dari panitia acara kuliner ini membuatnya berani mendaftar QRIS dengan proses yang cepat dan mudah. Ia merasa sangat terbantu oleh petugas BRI, tanpa perlu mengurus langsung ke bank. Dalam waktu seminggu, QRIS-nya sudah jadi dan diantar langsung ke warung.

"Cepat sekali, saya tidak perlu ke bank. Ada petugas BRI yang membantu, satu minggu langsung jadi dan diantar ke warung. Jadi enak," ujarnya.

"Padahal punya rekening sudah lama, juga baru ada acara ini mengurus-urus untuk pembelian cashless," sambungnya.

Saat ini, dengan berpartisipasi dalam acara kuliner Madyopuro Mangano, Andriani merasa lebih profesional. Sistem yang sederhana, notifikasi langsung ke ponsel, dan kemudahan tanpa perlu uang kembalian membuatnya nyaman.

"Ternyata enak, lebih simpel. Pembeli bayar ada notifikasinya. Enak tinggal di-scan, saya dapat notifikasi. Ya rasanya lebih gimana gitu, simpel. Enak menggunakan QRIS, jadi kita tidak ribet dan bingung kalau tidak ada kembalian," pungkas Andriani.