Ray Sahetapy: Inspirasi dan Pembela Hak-Hak Komunitas Tuli, Dikenang Putra dan Teater Mantuli

Ray Sahetapy: Warisan Inspirasi dan Perjuangan untuk Komunitas Tuli

Kepergian aktor senior Ray Sahetapy meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga dan dunia perfilman, tetapi juga bagi komunitas Tuli di Indonesia. Putra beliau, Surya Sahetapy, mengungkapkan rasa bangganya atas dedikasi sang ayah dalam mendukung dan memperjuangkan hak-hak kaum Tuli. Sementara itu, Komunitas Teater Mantuli, yang lahir dari inisiasi Ray Sahetapy, juga menyampaikan penghormatan terakhir dan berjanji untuk meneruskan cita-citanya.

Surya Sahetapy, seorang dosen di Amerika Serikat, mengenang bagaimana Ray Sahetapy dan Dewi Yull, sejak ia dan kakaknya, Gisca, masih kecil, selalu menanamkan rasa percaya diri dan keberanian untuk berinteraksi dengan dunia. Keduanya selalu mendorong untuk tidak malu atau takut berkomunikasi dengan orang lain, serta memperkenalkan kondisi Tuli kepada masyarakat. Semangat ini menjadi bekal berharga bagi Surya dan Gisca untuk meraih prestasi di bidangnya masing-masing.

Ray Sahetapy, di mata Surya, adalah sosok yang sedih melihat diskriminasi terhadap kaum Tuli. Kesedihan itu justru menjadi motivasi untuk membuktikan bahwa disabilitas bukanlah penghalang untuk berprestasi. Gisca memilih jalur seni, sementara Surya aktif dalam bidang bahasa isyarat. Keduanya menjadi bukti nyata bahwa kaum Tuli mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.

Untuk mewujudkan kesetaraan dan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang komunikasi dengan kaum Tuli, Ray Sahetapy mendirikan Teater Tujuh. Teater ini menjadi wadah edukasi dan pertunjukan yang melibatkan aktor dan aktris Tuli, serta membuka mata masyarakat tentang potensi dan kemampuan mereka.

Teater Mantuli: Meneruskan Warisan Ray Sahetapy

Komunitas Teater Mantuli, yang banyak anggotanya berasal dari Teater Tujuh, juga merasakan kehilangan mendalam atas kepergian Ray Sahetapy. Melalui akun Instagram resminya, Teater Mantuli menyampaikan rasa terima kasih atas jasa Ray Sahetapy yang telah memberikan wadah bagi anak-anak Tuli untuk berkarya dan bermimpi.

"Tanpa Om Ray, maka tidak ada Teater Tujuh. Tanpa Teater Tujuh, maka tidak akan ada Teater Mantuli," tulis Teater Mantuli dalam unggahannya. Komunitas ini berjanji untuk terus menjaga cita-cita Ray Sahetapy dan menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Teater Mantuli berkomitmen untuk melanjutkan pembinaan anak-anak Tuli melalui teater, mewarisi semangat dan cita-cita Ray Sahetapy. Mereka ingin menjadikan anak-anak Tuli sebagai inspirasi bagi masyarakat luas, sebagaimana Ray Sahetapy telah menginspirasi mereka.

Kepergian Ray Sahetapy meninggalkan warisan berharga bagi komunitas Tuli di Indonesia. Semangat perjuangan, dedikasi, dan visinya akan terus hidup melalui karya-karya dan inspirasi yang ditinggalkannya. Semoga semangat Ray Sahetapy terus membara dan menginspirasi generasi mendatang untuk mewujudkan masyarakat inklusif dan adil bagi semua.

Ucapan duka dan janji untuk melanjutkan perjuangan dari Teater Mantuli:

  • Terima kasih atas dedikasi dan inspirasi yang diberikan.
  • Janji untuk menjaga cita-cita Ray Sahetapy.
  • Komitmen untuk terus membina anak-anak Tuli melalui teater.
  • Mewujudkan anak-anak Tuli sebagai inspirasi bagi masyarakat.
  • Meneruskan warisan Ray Sahetapy dalam memperjuangkan hak-hak komunitas Tuli.