Akses Jalan Krayan Lumpuh Total Akibat Longsor Berulang, Masyarakat Desak Pemerintah Bertindak Cepat
Akses Penghubung Antar Kecamatan di Krayan Terputus Akibat Longsor Berkepanjangan
NUNUKAN, Kalimantan Utara - Ruas jalan nasional yang vital sebagai penghubung antara Ba’Liku (Krayan Tengah) dan Long Umung (Krayan Timur) di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, mengalami kelumpuhan total akibat serangkaian longsor yang tak kunjung henti sejak Januari 2025. Kondisi ini telah memicu keresahan mendalam di kalangan masyarakat setempat, yang mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata.
Longsor dengan panjang mencapai 63 meter ini tidak hanya menutup akses jalan, tetapi juga memutus urat nadi perekonomian dan sosial masyarakat di dataran tinggi Krayan. Camat Krayan Tengah, Marjuni, mengungkapkan bahwa longsor pertama kali terjadi pada Januari 2025, dan meskipun telah dilaporkan kepada Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN), penanganan yang dilakukan belum membuahkan hasil yang memadai.
"Kami sudah melaporkan musibah longsor ini ke Balai Pelaksanaan Jalan Nasional. Sempat ada penanganan, tetapi intensitas hujan yang tinggi pada akhir Januari dan awal Februari 2025 menyebabkan longsor kembali terjadi di titik yang sama, bahkan lebih parah. Akibatnya, jalan tidak bisa dilewati kendaraan sama sekali," ujar Marjuni.
Upaya Swadaya Masyarakat dan Dampak Ekonomi
Dalam upaya mengatasi keterisolasian, warga dari Kluster Ba’liku (Desa Ba’Liku, Desa Long Rian, Desa Pa’ Yalau) berinisiatif membangun rel/jembatan darurat secara bergotong royong pada 27-30 Maret 2025. Namun, usaha keras mereka kembali sia-sia ketika longsor susulan mengubur struktur yang telah dibangun dengan susah payah.
"Hujan deras yang terus mengguyur dari 31 Maret hingga 1 April 2025 telah menimbun semua upaya kami," sesal Marjuni.
Akibat lumpuhnya akses jalan, masyarakat terpaksa melansir barang kebutuhan pokok dengan cara memikulnya melewati gundukan tanah longsor. Proses ini tidak hanya melelahkan, tetapi juga berdampak signifikan terhadap kenaikan harga barang.
"Mobil yang membawa barang kebutuhan harus berhenti di satu sisi longsoran. Barang kemudian dipindahkan secara manual melewati longsoran, baru kemudian dimuat ke mobil lain di sisi seberang. Hal ini menyebabkan biaya transportasi meningkat, dan akhirnya harga barang pun ikut melonjak," jelas Marjuni.
Selain itu, warga juga harus bahu-membahu mendorong sepeda motor yang mencoba melintasi material longsor yang licin dan berlumpur. Kondisi ini sangat membahayakan dan memperlambat mobilitas masyarakat.
Harapan Masyarakat dan Desakan Tindakan Pemerintah
Masyarakat Krayan sangat berharap agar pemerintah melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional Kalimantan Utara, Kementerian Pekerjaan Umum, segera mengambil langkah konkret untuk menangani longsor. Mereka juga berharap agar kegiatan perawatan jalan tahun 2025 tetap dilaksanakan.
"Masalah ini sudah kami laporkan ke Bupati Nunukan, Kepala BPBD Nunukan, dan kami tembuskan ke Balai PJN Kalimantan Utara, Kementerian Pekerjaan Umum," tegas Marjuni.
Keberlangsungan aktivitas ekonomi dan sosial masyarakat Krayan sangat bergantung pada perbaikan akses jalan ini. Tindakan cepat dan efektif dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk memulihkan kondisi dan mencegah dampak yang lebih buruk.
Daftar Permasalahan Akibat Longsor
- Akses jalan penghubung antar kecamatan terputus.
- Distribusi barang terhambat.
- Harga barang kebutuhan pokok meningkat.
- Mobilitas masyarakat terganggu.
- Potensi isolasi wilayah.
- Ancaman keselamatan akibat kondisi jalan yang berbahaya.
Dengan mempertimbangkan dampak yang luas dan mendesak, diharapkan pemerintah segera merespon dan mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi permasalahan longsor di Krayan dan memulihkan aksesibilitas wilayah tersebut.