Indonesia dan AS Jajaki Kerjasama Strategis di Tengah Bayang-Bayang Tarif Impor Era Trump

Indonesia dan AS Perkuat Kerjasama Ekonomi di Tengah Potensi Kebijakan Tarif

Di tengah kekhawatiran global terkait potensi penerapan kembali kebijakan tarif oleh pemerintahan Donald Trump, Indonesia mengambil langkah proaktif untuk memperkuat kerjasama ekonomi dengan Amerika Serikat. Pemerintah Indonesia sedang menjajaki berbagai peluang kerjasama strategis dengan AS, meliputi investasi, perdagangan komoditas penting, dan pengembangan rantai pasok mineral kritis.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini melakukan pertemuan virtual dengan Anggota Kongres AS Carol Miller. Pertemuan tersebut menyoroti peran penting Indonesia di kawasan Indo-Pasifik dan dalam forum-forum multilateral seperti ASEAN, G20, dan APEC. Peran strategis ini membuka jalan bagi kerjasama yang lebih erat dengan AS di berbagai sektor.

"Indonesia sangat menghargai hubungan bilateral yang baik dengan Amerika Serikat dalam berbagai bidang, termasuk kerjasama ekonomi," kata Airlangga. Ia menekankan pentingnya kelanjutan kerjasama perdagangan komoditas pangan esensial seperti kacang kedelai dan gandum untuk mendukung ketahanan pangan dalam negeri.

Fokus pada Ekonomi Bersih dan Mineral Kritis

Selain sektor pangan, Indonesia juga melihat potensi besar dalam kerjasama di bidang ekonomi bersih, khususnya dalam teknologi Carbon Capture and Storage (CCS) dan pengembangan mineral kritis. Kerjasama strategis di kedua sektor ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi bersih global dan rantai pasok mineral kritis.

"Kerjasama dengan Amerika Serikat pada kedua sektor ini dapat secara signifikan mendorong posisi Indonesia pada sektor ekonomi bersih dan rantai pasok mineral kritis global," jelas Airlangga.

Congresswoman Miller menyambut baik inisiatif Indonesia dan menegaskan komitmen AS untuk fokus pada kerjasama, stabilitas kawasan, dan keamanan dalam hubungan bilateral dengan Indonesia. Ia juga menyoroti pentingnya peran Indonesia di kawasan Indo-Pasifik dan ASEAN.

Tantangan Tarif Impor dan Upaya Diversifikasi

Perlu diingat bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak tarif impor sebesar 32% oleh AS. Kebijakan ini merupakan respon terhadap tarif yang sebelumnya dikenakan Indonesia terhadap produk etanol AS. Pemerintah AS menganggap tarif Indonesia terhadap etanol lebih tinggi dibandingkan tarif yang diterapkan AS untuk produk serupa dari Indonesia.

Pengenaan tarif impor oleh AS, yang juga menyasar lebih dari 100 negara mitra dagang lainnya, umumnya ditujukan kepada negara-negara yang memiliki surplus perdagangan signifikan dengan AS, sehingga menyebabkan defisit perdagangan bagi Negeri Paman Sam.

Menghadapi tantangan ini, Indonesia berupaya untuk mendiversifikasi pasar ekspor dan memperkuat daya saing produk dalam negeri. Selain itu, Indonesia terus menjalin dialog konstruktif dengan AS untuk mencari solusi yang saling menguntungkan dalam bidang perdagangan.

Daftar Komoditas dan Sektor Potensial Kerjasama:

  • Komoditas Pangan: Kacang kedelai, Gandum
  • Energi Bersih: Carbon Capture and Storage (CCS)
  • Mineral Kritis: (Tidak disebutkan spesifik dalam artikel, namun merupakan fokus kerjasama)
  • Investasi: (Sektor tidak disebutkan spesifik, namun menjadi fokus kerjasama)

Langkah Strategis Indonesia

  • Memperkuat kerjasama bilateral dengan AS di berbagai sektor.
  • Mendiversifikasi pasar ekspor.
  • Meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
  • Melanjutkan dialog konstruktif dengan AS terkait isu perdagangan.

Dengan langkah-langkah ini, Indonesia berharap dapat memitigasi dampak negatif dari potensi kebijakan tarif AS dan terus meningkatkan kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.