Ketegangan Meningkat di Gaza: Gencatan Senjata Rentan, Israel dan Hamas Siaga Perang

Ketegangan Meningkat di Gaza: Gencatan Senjata Rentan, Israel dan Hamas Siaga Perang

Gencatan senjata yang telah berlangsung selama enam pekan di Jalur Gaza kini berada di ujung tanduk. Ketidakpastian yang menyelimuti perjanjian gencatan senjata tersebut telah mendorong kedua belah pihak, Israel dan Hamas, untuk kembali bersiap menghadapi kemungkinan pecahnya kembali konflik bersenjata. Situasi ini diwarnai oleh langkah-langkah provokatif dari Israel yang dinilai semakin mempersempit ruang bagi perdamaian dan meningkatkan risiko eskalasi kekerasan.

Pemerintah Israel, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dikabarkan tengah merancang strategi baru yang disebut "rencana neraka". Strategi ini bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan sandera yang masih ditahan tanpa harus menarik pasukan dari wilayah Palestina. Langkah konkret yang telah diambil adalah memperketat blokade Gaza, termasuk penghentian pasokan makanan dan bahan bakar yang diumumkan pada Minggu (2/3/2025). Rencana tersebut bahkan mencakup pemutusan total pasokan listrik dan air, serta pemindahan warga Palestina di Gaza utara ke selatan. Langkah-langkah ini diterapkan meskipun gencatan senjata masih berlaku, menunjukkan niat Israel yang dinilai agresif untuk meningkatkan tekanan.

Laporan dari The Guardian pada Senin (3/3/2025) menyebutkan rencana tersebut secara rinci. Pemutusan total pasokan kebutuhan pokok bagi 2,2 juta penduduk Gaza dinilai sebagai tindakan yang berisiko memicu kemanusiaan krisis. Selain itu, rencana pemindahan penduduk juga menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya pengungsian massal dan potensi konflik baru. Di sisi militer, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk bersiaga penuh menghadapi kemungkinan dimulainya kembali pertempuran. Mulai Rabu (5/3/2025), pasukan IDF akan berada di bawah komando Mayor Jenderal Eyal Zamir, yang dikenal sebagai pendukung penggunaan kekuatan besar untuk mencapai kemenangan cepat.

Sementara itu, Hamas juga dilaporkan bersiap menghadapi kemungkinan perang kembali. Media Arab, seperti Al Araby Al Jadeed, melaporkan bahwa Hamas dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya telah kembali ke posisi siaga tempur. Mereka memperketat pengamanan terhadap sandera warga Israel dan dikabarkan telah mengumpulkan bahan peledak berkekuatan tinggi dari sisa-sisa proyektil Israel yang tidak meledak selama perang sebelumnya. Bahan peledak tersebut diduga akan digunakan untuk membuat bom pinggir jalan jika konflik kembali terjadi. Situasi ini menggambarkan betapa rapuhnya gencatan senjata saat ini dan betapa dekatnya kedua belah pihak dengan pertempuran skala penuh.

Langkah-langkah yang diambil oleh kedua belah pihak meningkatkan kekhawatiran akan kembalinya kekerasan dan penderitaan bagi penduduk Gaza. Kurangnya tanda-tanda menuju fase kedua negosiasi perdamaian semakin mempertegas kekhawatiran ini. Penting bagi komunitas internasional untuk berperan aktif dalam mencegah eskalasi konflik dan mendorong solusi damai yang adil dan berkelanjutan untuk mengakhiri krisis kemanusiaan yang berkepanjangan di Jalur Gaza.