Revolusi Perawatan Lansia: Inovasi Teknologi Jepang Permudah Kerja Perawat dan Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien

Transformasi Pelayanan Kesehatan: Teknologi Canggih untuk Perawatan Lansia di Jepang

Di era modern ini, sektor perawatan kesehatan terus berinovasi untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pasien. Jepang, sebagai salah satu negara dengan populasi lansia terbesar di dunia, telah mengadopsi teknologi canggih secara luas untuk meningkatkan kualitas perawatan dan efisiensi kerja perawat. Ahmad Naeni Nahwul Umam, seorang perawat Indonesia yang berpengalaman bekerja di Jepang melalui Program Careworker (Kaigofukushishi) G to G Indonesia–Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), membagikan pengalamannya mengenai perbedaan signifikan antara sistem kerja keperawatan di Jepang dan Indonesia.

Digitalisasi dan Otomatisasi: Pilar Utama Sistem Perawatan Jepang

Salah satu perbedaan paling mencolok adalah tingkat digitalisasi dan otomatisasi dalam prosedur kesehatan. Ahmad menjelaskan bahwa hampir semua aspek pekerjaan perawat di Jepang terintegrasi dengan sistem online. Mulai dari pencatatan data pasien hingga pemantauan kondisi kesehatan, semuanya dilakukan secara digital. Hal ini memungkinkan perawat untuk mengakses informasi pasien secara cepat dan akurat, serta meningkatkan koordinasi antar tim medis.

"Kami di sini berbasis digital. Jadi semuanya sudah sistem online," ujar Ahmad. "Misal saya klik di ruangan saya di ruang 4A, saya masukin data di situ. Jadi seluruh ruangan yang ada di gedung saya itu sudah bisa melihat. Itu untuk pencatatannya."

Lebih lanjut, teknologi juga dimanfaatkan untuk membantu tugas-tugas fisik yang berat, seperti memindahkan dan mengangkat pasien. Alat bernama sukairifuto, misalnya, memungkinkan perawat untuk memindahkan pasien dari satu tempat tidur ke tempat tidur lain tanpa harus menggunakan tenaga fisik yang berlebihan. Hal ini tidak hanya mengurangi risiko cedera bagi perawat, tetapi juga meningkatkan kenyamanan dan keamanan pasien.

Sensor Canggih: Pemantauan Kesehatan Tanpa Sentuhan

Inovasi lain yang menarik adalah penggunaan sensor canggih untuk memantau kondisi kesehatan pasien secara non-invasif. Ahmad mencontohkan penggunaan "Aams sensor" yang diletakkan di kasur pasien. Sensor ini dapat mendeteksi detak jantung dan ritme pernapasan pasien tanpa harus menyentuh pasien secara langsung.

"Tempat tidur pasien seperti tidak ada apa-apanya. Tetapi jika alat itu diaktifkan, kami bisa mendeteksi detak jantung maupun ritme nafas pasien kami tanpa harus kami menyentuh pasien kami secara langsung," jelas Ahmad.

Teknologi ini sangat berguna untuk memantau pasien yang rentan atau memiliki kondisi medis tertentu, terutama pada malam hari ketika perawat tidak dapat memantau pasien secara terus-menerus.

Fasilitas Mandi Modern: Kenyamanan dan Dignitas Pasien Tetap Terjaga

Bahkan untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, teknologi juga berperan penting. Di Jepang, terdapat alat khusus yang memungkinkan pasien mandi dalam posisi berbaring. Alat ini sangat membantu pasien yang mengalami gangguan pergerakan, sehingga mereka tetap dapat menjaga kebersihan diri dan menikmati sensasi berendam air hangat atau ofuro.

"Di sini juga ada alat yang bisa digunakan untuk memandikan pasien dalam keadaan berbaring. Jadi jika ada pasien yang mengalami gangguan pergerakan, mereka masih bisa mandi bahkan berendam di air hangat atau ofuro," kata Ahmad.

Pelatihan Intensif: Adaptasi dengan Teknologi dan Prosedur Baru

Menyadari pentingnya penguasaan teknologi, fasilitas layanan kesehatan di Jepang memberikan pelatihan intensif kepada perawat asing sebelum mereka menangani pasien secara langsung. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali perawat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan berbagai alat canggih dan mengikuti prosedur kerja yang berlaku.

Kebersihan dan Kerapian: Standar Tinggi dalam Pelayanan Kesehatan

Selain teknologi, aspek kebersihan dan kerapian juga menjadi prioritas utama dalam sistem perawatan kesehatan di Jepang. Setiap fasilitas layanan kesehatan memiliki standar yang tinggi dalam hal kebersihan dan kerapian, menciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien.

Ahmad mengungkapkan kekagumannya terhadap budaya kebersihan di Jepang dan berharap Indonesia dapat mencontoh hal ini. Kebersihan dan kerapian tidak hanya menciptakan lingkungan yang estetis, tetapi juga berkontribusi pada pencegahan infeksi dan peningkatan kepercayaan pasien terhadap layanan kesehatan.

Kontribusi Perawat Indonesia di Jepang

Ahmad Naeni Nahwul Umam, yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Advokasi Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) Jepang, telah berkontribusi selama 11 tahun di dunia keperawatan Jepang. Pengalamannya ini menjadi bukti nyata bahwa perawat Indonesia memiliki kemampuan dan potensi untuk bersaing di tingkat internasional. Dengan adaptasi terhadap teknologi dan budaya kerja yang baik, perawat Indonesia dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Jepang.

Penggunaan teknologi canggih dalam perawatan lansia di Jepang adalah contoh bagaimana inovasi dapat meningkatkan efisiensi kerja perawat, meningkatkan kualitas hidup pasien, dan menciptakan sistem pelayanan kesehatan yang lebih baik. Diharapkan, Indonesia dapat terinspirasi dan mengadopsi teknologi serupa untuk meningkatkan standar perawatan kesehatan di tanah air.