Kondisi Kesehatan dan Dilema Politik: Mengapa Paus Fransiskus Belum Kembali ke Argentina?

Kondisi Kesehatan dan Dilema Politik: Mengapa Paus Fransiskus Belum Kembali ke Argentina?

Sejak pemilihannya sebagai Paus pada tahun 2013, Jorge Mario Bergoglio, atau yang lebih dikenal sebagai Paus Fransiskus, belum pernah kembali ke tanah kelahirannya, Argentina. Keinginan masyarakat Argentina untuk menyambutnya semakin memudar, terutama mengingat kondisi kesehatannya yang terus memburuk. Usia 88 tahun dan perawatan intensif akibat pneumonia ganda yang baru-baru ini dialaminya di Rumah Sakit Gemelli, Roma – perawatan terpanjang sejak ia menjabat – menjadi bukti nyata rapuhnya kondisi fisik Sang Paus. Meskipun telah melakukan lebih dari 45 perjalanan internasional ke berbagai negara, termasuk Irak, Uni Emirat Arab, dan Mongolia, Argentina tetap menjadi satu-satunya negara yang belum pernah dikunjunginya selama masa kepausannya.

Keputusan Paus Fransiskus ini telah memicu beragam spekulasi. Jimmy Burns, penulis biografi Paus Fransiskus, mengemukakan bahwa situasi politik Argentina yang terpolarisasi menjadi faktor utama. Kehadiran Paus, menurut Burns, berpotensi dieksploitasi oleh kedua kubu, baik kelompok peronis yang berhaluan kiri maupun kelompok konservatif, dan justru memperkeruh suasana politik yang sudah terpecah. Setiap kunjungan, menurut analisis Burns, berisiko memperuncing perpecahan dan menimbulkan kontroversi yang tidak diinginkan. Pandangan ini didukung oleh beberapa warga Argentina yang berharap kunjungan Paus dapat meredakan ketegangan politik, namun di sisi lain, sebagian lain merasa bahwa kunjungan tersebut tidak seharusnya dikaitkan dengan politik.

Sejak terpilihnya Presiden Javier Milei yang sempat melontarkan pernyataan kontroversial menyebut Paus sebagai "perwakilan iblis di Bumi", sebelum kemudian berusaha memperbaiki hubungan dengan Vatikan, situasi politik Argentina semakin rumit. Hal ini semakin memperkuat argumen bahwa kunjungan Paus ke Argentina menyimpan potensi risiko politik yang besar. Meskipun Paus Fransiskus sempat menyatakan keinginannya untuk pulang ke Argentina, ia mengakui bahwa ada beberapa hal yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Juru bicara konferensi wali gereja Argentina, Maximo Jurcinovic, lebih memilih untuk fokus pada doa untuk kesehatan Paus daripada mengomentari rencana kunjungan tersebut. Sementara itu, beberapa sumber dekat dengan Paus mengungkapkan bahwa Sang Paus tampak kelelahan, mengingat usianya yang sudah lanjut dan beban tanggung jawabnya sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.

Di tengah harapan umat Katolik Argentina yang mendambakan kehadiran Paus Fransiskus di tanah kelahirannya, dilema ini terus menjadi perdebatan. Beberapa warga, seperti Claudia Nudel dan Silvia Leda, yang turut hadir dalam misa di Buenos Aires untuk mendoakan kesembuhan Paus, menyatakan kesedihan dan harapan mereka akan kunjungan Paus. Namun, ada juga yang mementingkan kesehatan dan kesejahteraan Paus di atas kunjungan tersebut. Mantan Duta Besar Argentina untuk Vatikan, Rogelio Pfirter, menilai bahwa prioritas Paus Fransiskus adalah inklusivitas dalam Gereja, dan segala hal terkait Argentina tetap memiliki tempat khusus di hatinya. Kontroversi ini pun menyoroti kompleksitas hubungan antara keyakinan, kesehatan, dan politik yang mengelilingi kepulangan Paus Fransiskus ke Argentina.

Opini publik di Argentina sendiri terpecah. Ada yang beranggapan kunjungan Paus akan meredakan ketegangan politik, namun ada pula yang berpendapat bahwa kesehatan dan kesejahteraan Paus harus diprioritaskan. Perdebatan ini mencerminkan kompleksitas situasi politik dan sosial di Argentina, serta dilema yang dihadapi Paus Fransiskus dalam memutuskan waktu yang tepat untuk mengunjungi tanah kelahirannya. Keinginan untuk pulang dan keraguan atas konsekuensi politiknya menunjukkan betapa rumitnya keputusan yang harus diambil oleh Paus Fransiskus, seorang pemimpin spiritual yang juga merupakan manusia biasa yang menghadapi tantangan kesehatan dan tanggung jawab berat.