Kreatif! Pemudik Asal Tegal Atasi Tiket Kereta Solo Ludes dengan Strategi 'Estafet'

Pemudik Tegal Temukan Cara Alternatif Pulang Kampung Saat Tiket Kereta Api Ludes

SEMARANG, JAWA TENGAH – Keterbatasan tiket kereta api tidak menyurutkan semangat seorang pemudik asal Tegal bernama Ayuningtyas (28) untuk kembali ke kampung halamannya di Boyolali. Menghadapi situasi tiket kereta Tegal-Solo yang ludes terjual untuk periode arus balik Lebaran, Ayu, sapaan akrabnya, mengambil inisiatif dengan membeli tiket secara terpisah dan memanfaatkan transportasi daring.

Ayu menceritakan, dirinya telah membeli tiket kereta Solo-Tegal jauh hari sebelum Ramadhan. Namun, ia tidak langsung membeli tiket arus balik karena menganggap tidak akan terjadi lonjakan penumpang. Ternyata, perkiraan itu meleset. Pada tanggal 28 Maret 2025, atau H-1 sebelum keberangkatan yang direncanakan, Ayu mendapati bahwa tiket kereta Tegal-Solo telah habis hingga tanggal 7 atau 8 April.

Menghadapi situasi tersebut, Ayu dan suaminya memutuskan untuk membeli tiket kereta Tegal-Semarang Poncol, kemudian melanjutkan perjalanan dengan ojek online ke Stasiun Semarang Tawang, dan dari sana menggunakan kereta api menuju Stasiun Solo Balapan. Strategi ini, meskipun lebih merepotkan dan mahal, menjadi solusi alternatif agar mereka tetap bisa merayakan Lebaran di kampung halaman.

"Saya akali lah, Tegal-Semarang masih ada, Semarang-Solo masih ada, makanya saya beli tiket untuk dua kali perjalanan itu. Itu juga sudah tinggal beberapa seat, tidak bisa memilih lagi," ujar Ayu saat ditemui di Stasiun Semarang Tawang.

Rincian Perjalanan Alternatif dan Keluhan Fasilitas

Perjalanan 'estafet' ini tentu saja memakan biaya lebih besar dibandingkan perjalanan langsung Tegal-Solo. Jika biasanya tiket Tegal-Solo hanya sekitar Rp 140.000, kini Ayu harus merogoh kocek lebih dari Rp 200.000 per orang. Rincian biayanya meliputi:

  • Kereta Api Kaligung Tegal-Semarang Poncol: Rp 110.000
  • Kereta Api Joglosemar Semarang Tawang-Solo Balapan: Rp 85.000
  • Taksi online Stasiun Semarang Poncol ke Semarang Tawang: Rp 15.000

Meski demikian, Ayu bersyukur karena jarak keberangkatan kedua kereta hanya berselang 30 menit, sehingga ia dan suaminya tidak perlu menunggu lama di stasiun. Setelah tiba di Solo, mereka melanjutkan perjalanan ke Boyolali yang memakan waktu sekitar satu jam.

"Lebih mahal sih, tapi untung saya tidak gelandang di stasiun. Jadi, saya menyesal tidak membeli tiket pulang pergi sekalian pada akhir Februari," keluhnya.

Selain masalah tiket, Ayu juga menyampaikan keluhan terkait kebersihan toilet di Stasiun Solo Balapan. Ia mendapati toilet yang bau pesing, baik di area luar maupun di dalam stasiun setelah check-in. Kondisi ini, menurutnya, sangat tidak nyaman dan mengurangi kenyamanan para pemudik.

Puncak Arus Balik di Daop 4 Semarang

Sementara itu, PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 4 Semarang mencatat puncak arus balik terjadi pada Rabu, 2 April 2025 atau H+1 Lebaran. Selama periode Angkutan Lebaran yang berlangsung dari 21 Maret hingga 3 April 2025, jumlah kedatangan penumpang pada H+1 Lebaran mencapai 32.271, sedangkan jumlah keberangkatan mencapai 31.170 penumpang.

"Ini merupakan yang tertinggi selama masa Angkutan Lebaran sampai dengan hari ini, di mana rata-rata jumlah kedatangan hanya berkisar di 25.335 penumpang, sedangkan untuk keberangkatan di angka 21.736 penumpang," jelas Manager Humas KAI Daop 4 Semarang, Franoto Wibowo.

Kisah Ayu menjadi gambaran bagaimana para pemudik berupaya mencari solusi alternatif untuk mengatasi masalah transportasi selama musim mudik Lebaran. Meskipun harus mengeluarkan biaya lebih dan menghadapi ketidaknyamanan, semangat untuk berkumpul bersama keluarga di kampung halaman tetap menjadi prioritas utama.