Kebijakan Tarif Trump Guncang Pasar: Saham dan Kripto Tertekan, Emas Melesat

Dampak Kebijakan Tarif AS: Pasar Keuangan Global Bergejolak

Rencana penerapan tarif resiprokal oleh pemerintahan Donald Trump terhadap mitra dagang Amerika Serikat telah memicu gejolak di pasar keuangan global. Aksi jual terjadi di berbagai instrumen investasi, mulai dari saham hingga aset kripto, sementara emas justru mencatatkan reli signifikan.

Reaksi Pasar Terhadap Tarif

Setelah rincian kebijakan tarif diumumkan, Bitcoin mengalami penurunan tajam ke level US$ 83.000 (sekitar Rp 1,38 miliar), meskipun sempat menguat ke US$ 87.000 pada pengumuman awal. Pasar saham AS pun tak luput dari tekanan. Nasdaq 100 terkoreksi 2,3%, sementara S&P 500 merosot 1,7% dalam perdagangan setelah jam kerja.

Sektor teknologi menjadi salah satu yang paling terpukul, dengan saham-saham seperti Tesla (TSLA) dan Palantir (PLTR) anjlok sekitar 8%. Apple (AAPL) juga mengalami penurunan signifikan sebesar 7%, diikuti oleh Amazon (AMZN) dan Nvidia (NVDA) yang masing-masing turun 6%. Sentimen negatif juga menjalar ke saham-saham perusahaan konsumen seperti Nike (NKE) dan Walmart (WMT), yang masing-masing tertekan 7%.

Emas Bersinar di Tengah Ketidakpastian

Di tengah turbulensi pasar, emas justru menjadi primadona. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi mendekati US$ 3.200 atau Rp 53,44 juta per ounce, mencerminkan meningkatnya permintaan terhadap aset safe haven. Kebijakan tarif yang berpotensi memicu perang dagang global, khususnya dengan China dan Uni Eropa, mendorong investor untuk mencari perlindungan di aset yang dianggap aman.

Detail Kebijakan Tarif AS

Kebijakan tarif terbaru AS mencakup:

  • Tarif 25% untuk semua mobil impor, efektif mulai 3 April.
  • Tarif umum 10% untuk semua barang impor, mulai berlaku pada 5 April.
  • Tarif khusus untuk negara-negara tertentu, mulai 9 April:
    • China: 34%
    • Vietnam: 46%
    • Taiwan: 32%
    • Korea Selatan: 25%
    • Uni Eropa: 20%
    • Swiss: 31%

Trump berdalih bahwa kebijakan ini bertujuan untuk melindungi ekonomi AS dari praktik perdagangan yang tidak adil selama lebih dari lima dekade.

Analisis dan Implikasi Kebijakan

Fahmi Almuttaqin, Analis Reku, memperingatkan bahwa implementasi penuh kebijakan tarif dapat memicu kenaikan inflasi dan menunda penurunan suku bunga. Ketidakpastian pasar juga dapat membuat investor lebih berhati-hati terhadap aset berisiko seperti kripto dan saham.

Namun, dampak jangka panjang kebijakan ini masih belum pasti dan akan bergantung pada respons konsumen dan sektor bisnis. Jika kebijakan ini menyebabkan peningkatan pengangguran dan resesi, The Fed mungkin mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga.

Selain itu, rekam jejak Trump menunjukkan bahwa kebijakan tarif dapat digunakan sebagai alat negosiasi politik, sehingga kebijakan yang ada dapat berubah sewaktu-waktu.

Peluang di Tengah Koreksi Pasar

Koreksi pasar saat ini dapat dilihat sebagai peluang buy on weakness bagi investor dengan toleransi risiko tinggi. Tren akumulasi institusi terhadap aset kripto seperti Bitcoin masih kuat, dengan perusahaan seperti GameStop memiliki dana segar yang sebagian kemungkinan akan digunakan untuk mengakuisisi Bitcoin.

Bagi investor pemula, strategi dollar cost averaging (DCA), yaitu mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu, dapat menjadi pilihan menarik. Dengan harga aset kripto dan saham AS yang terkoreksi, investor berpotensi mendapatkan harga rata-rata pembelian yang lebih rendah.

Namun, investor tetap harus cermat dalam memilih aset untuk diakumulasi. Bagi investor yang tidak terlalu agresif, aset dengan kapitalisasi pasar dan likuiditas terbesar menjadi opsi yang lebih aman.

Memanfaatkan Fitur Investasi

Dalam melakukan DCA, investor dapat memanfaatkan fitur yang memudahkan investasi ke aset kripto dan saham AS potensial. Fitur seperti Packs di Reku memungkinkan investor berinvestasi pada berbagai crypto blue chip dan ETF saham AS dengan performa terbaik dalam sekali swipe untuk diversifikasi yang lebih mudah.

Fitur Packs yang dilengkapi dengan sistem Rebalancing juga membantu investor menyesuaikan alokasi investasi secara otomatis sesuai dengan kondisi pasar. Dengan demikian, strategi DCA dapat dilakukan lebih mudah, praktis, dan optimal.