Kisah Inspiratif Ahmad Naeni: Diaspora Indonesia Raih Sukses sebagai Perawat Lansia Berlisensi di Jepang
Sukses Berkarier sebagai Perawat Lansia di Jepang: Kisah Inspiratif Ahmad Naeni
Ahmad Naeni Nahwul Umam, seorang diaspora Indonesia, berbagi pengalamannya yang menginspirasi tentang perjalanan kariernya sebagai perawat lansia di Jepang. Kisahnya membuka wawasan tentang prospek, jenjang karier, dan sistem lisensi yang berlaku di negeri sakura.
Meraih Lisensi Perawat di Jepang: Sebuah Perjuangan dan Penghargaan
Ahmad menceritakan bahwa langkah awalnya sebagai perawat di Jepang mengharuskannya menjalani masa kerja selama tiga tahun di bidang perawatan lansia. Masa ini menjadi fondasi penting sebelum ia dapat mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan lisensi resmi sebagai perawat.
"Saya bekerja selama tiga tahun dulu di sini, kemudian mengikuti uji kompetensi atau ujian nasional di Jepang gitu. Setelah saya lulus ujian nasional baru saya dianggap sebagai perawat kayak yang lain," ungkap Ahmad dalam wawancaranya.
Lisensi ini bukan sekadar pengakuan, tetapi juga membuka pintu bagi berbagai tunjangan, termasuk tunjangan lisensi, keluarga, dan anak. Lebih dari itu, lisensi ini menjadi parameter penting untuk diangkat menjadi pekerja tetap di Jepang.
Gaji dan Peluang Karier yang Menjanjikan
Ahmad mengungkapkan bahwa perawat Indonesia di Jepang pada tahap awal dapat memperoleh gaji bersih sekitar Rp 14 juta hingga Rp 15 juta. Angka ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para profesional di bidang perawatan.
Selama 11 tahun berkarier di Jepang, Ahmad merasakan bahwa tidak ada diskriminasi antara perawat asing dan lokal, terutama dalam hal kesempatan untuk mengembangkan karier. Baginya, selama seseorang memiliki kemampuan, perusahaan akan memberikan kesempatan seluas-luasnya.
Kini, Ahmad telah mencapai posisi leader atau kepala ruangan di sebuah fasilitas perawatan lansia terkemuka di Jepang. Ia juga sering diundang sebagai pembicara dalam berbagai seminar, mewakili perusahaannya. Kesuksesan ini membuktikan bahwa kerja keras dan dedikasi akan membuahkan hasil yang manis.
Kontribusi Melalui IPMI Jepang
Selain fokus pada kariernya, Ahmad juga aktif dalam Ikatan Perawat Muslim Indonesia (IPMI) Jepang. Ia menjabat sebagai Kepala Divisi Advokasi, berperan penting dalam memfasilitasi pertukaran informasi bagi pekerja Indonesia yang ingin mengikuti ujian kompetensi di Jepang.
"Di komunitas kami, terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak hanya bermanfaat sebagai media silaturahmi atau temu kangen bagi anggotanya saja, tetapi di komunitas tersebut kami juga dapat saling memberikan dukungan satu sama lain, terutama bagi teman-teman yang hendak mengikuti Ujian Nasional Perawat di Jepang," jelas Ahmad.
IPMI juga aktif dalam kegiatan sosial kemanusiaan, seperti memberikan bantuan kepada tunawisma di Tokyo. Kegiatan ini tidak hanya bermanfaat bagi penerima, tetapi juga memperkenalkan Indonesia secara positif di mata masyarakat Jepang.
Kisah Ahmad Naeni Nahwul Umam adalah bukti nyata bahwa dengan kerja keras, dedikasi, dan semangat pantang menyerah, diaspora Indonesia dapat meraih kesuksesan di negeri orang. Pengalamannya menjadi inspirasi bagi para perawat Indonesia yang bermimpi untuk berkarier di Jepang.
Poin-poin penting dari kisah Ahmad Naeni:
- Masa kerja 3 tahun sebagai syarat mengikuti uji kompetensi perawat di Jepang.
- Lisensi perawat sebagai syarat untuk tunjangan dan menjadi pekerja tetap.
- Gaji awal perawat Indonesia di Jepang sekitar Rp 14 juta - Rp 15 juta.
- Kesempatan karier yang sama antara perawat asing dan lokal.
- Ahmad kini menjabat sebagai leader atau kepala ruangan.
- Peran aktif Ahmad di IPMI Jepang dalam membantu perawat Indonesia.
- Kegiatan sosial IPMI Jepang dalam membantu tunawisma di Tokyo.