Banjir Tak Goyahkan Tekad Pedagang Pasar Cipulir

Banjir Tak Goyahkan Tekad Pedagang Pasar Cipulir

Pasar Cipulir, pusat perdagangan pakaian di Jakarta Selatan, kembali diterjang banjir. Namun, peristiwa tahunan ini tak menyurutkan semangat para pedagang untuk tetap bertahan. Meskipun genangan air kerap merendam lapak mereka, para pedagang memilih untuk tetap berjualan di lokasi yang telah menjadi sumber nafkah mereka selama bertahun-tahun.

Aldi (29), seorang pedagang pakaian yang telah berjualan di Pasar Cipulir selama satu dekade, mengungkapkan pengalamannya menghadapi banjir yang terjadi secara berkala. "Banjir di Pasar Cipulir sudah seperti hal biasa," ujarnya saat ditemui di lokasi, Rabu (5/3/2025). Ia mengingat banjir terparah yang pernah melanda pasar pada tahun 2020. "Kala itu, lantai dasar terendam seluruhnya. Barang dagangan tak dapat diselamatkan," kenang Aldi. Pengalaman pahit tersebut mendorongnya untuk lebih waspada. Kini, Aldi telah menerapkan strategi antisipasi dengan menaikkan barang dagangannya ke tempat yang lebih tinggi menggunakan papan, sebagai langkah pencegahan kerugian material.

Langkah antisipasi serupa juga dilakukan oleh Erni (44), pedagang yang telah berjualan di pasar tersebut sejak tahun 1999. Lebih dari dua dekade bergelut dengan dinamika Pasar Cipulir, termasuk banjir yang kerap terjadi, tak membuat Erni gentar untuk pindah. Loyalitas pelanggan menjadi alasan utamanya. "Pelanggan sudah terbiasa berbelanja di sini. Mereka tahu tempat saya berjualan," kata Erni, menjelaskan alasannya untuk tetap bertahan. Meskipun banjir mempengaruhi aktivitas jual beli, Erni dan Aldi mengaku kerugian yang mereka alami tidak terlalu besar. Kerugian utama bukanlah kerusakan barang, melainkan penurunan jumlah pembeli akibat akses yang terhambat oleh banjir.

Meskipun demikian, dampak banjir terhadap perekonomian pedagang tidak dapat diabaikan sepenuhnya. Penurunan omzet selama periode banjir menjadi konsekuensi yang harus mereka tanggung. Mereka berharap pemerintah dapat memberikan solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir di Pasar Cipulir. Solusi tersebut diharapkan dapat memberikan kepastian dan rasa aman bagi para pedagang agar mereka dapat menjalankan usaha tanpa harus selalu dihantui ancaman banjir setiap tahunnya. Beberapa solusi yang mungkin dipertimbangkan antara lain:

  • Peningkatan sistem drainase: Perbaikan infrastruktur drainase yang memadai untuk mengatasi genangan air saat hujan deras.
  • Normalisasi sungai: Penataan sungai di sekitar Pasar Cipulir untuk meningkatkan kapasitas aliran air dan mencegah meluapnya sungai saat musim hujan.
  • Relokasi: Pemerintah dapat mempertimbangkan relokasi pasar ke lokasi yang lebih aman dari ancaman banjir, dengan tetap memberikan kompensasi dan fasilitas yang memadai bagi para pedagang.
  • Sosialisasi dan edukasi: Peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah penyumbatan saluran air.

Perjuangan para pedagang Pasar Cipulir menghadapi banjir menjadi cerminan keuletan dan daya juang para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia. Mereka membutuhkan dukungan dan perhatian dari pemerintah agar dapat terus berkontribusi dalam perekonomian nasional.