Menghadapi Pertanyaan 'Kapan Nikah?' Saat Lebaran: Strategi Cerdas dari Perspektif Psikologis

Lebaran, momen silaturahmi yang penuh kebahagiaan, seringkali menjadi ajang bertemunya keluarga dan kerabat. Namun, di balik kehangatan tersebut, terselip potensi munculnya pertanyaan-pertanyaan sensitif seperti "Kapan nikah?" atau "Kapan punya anak?" yang dapat memicu kecemasan dan tekanan bagi sebagian orang.

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini, meskipun seringkali dilontarkan sebagai bentuk perhatian atau basa-basi, dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan tertekan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ekspektasi sosial, tekanan keluarga, atau bahkan perasaan tidak aman terhadap diri sendiri.

Lantas, bagaimana cara menghadapinya dengan bijak dan tetap menjaga suasana Lebaran tetap menyenangkan? Seorang psikiater, dr. Andreas Kurniawan, SpKJ, memberikan beberapa strategi cerdas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut tanpa merasa tertekan.

Mengelola Reaksi Diri

Kunci utama dalam menghadapi pertanyaan sensitif adalah dengan mengendalikan reaksi diri. Kecemasan dan kekhawatiran seringkali muncul karena kita terlalu fokus pada respons atau penilaian orang lain terhadap kita. Oleh karena itu, penting untuk mengubah fokus dari eksternal ke internal, yaitu dengan mengelola bagaimana kita merespons pertanyaan tersebut.

Siapkan 'Template' Jawaban

Salah satu strategi yang efektif adalah dengan menyiapkan 'template' jawaban yang sederhana dan tidak menimbulkan kesan defensif. Misalnya, ketika ditanya "Kapan nikah?", Anda bisa menjawab dengan senyum dan mengatakan "Doakan saja ya." Jawaban ini cukup untuk menghentikan pertanyaan lebih lanjut tanpa harus memberikan penjelasan yang panjang lebar.

Dr. Andreas menekankan bahwa kita tidak perlu merasa terbebani untuk memberikan jawaban yang memuaskan semua orang. Setelah memberikan jawaban sederhana, orang yang bertanya biasanya akan beralih ke topik lain atau menanyakan hal yang sama kepada orang lain. Jadi, tidak perlu terlalu dipikirkan.

Ubah Pola Pikir

Seringkali, tekanan muncul karena kita menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai bentuk penilaian atau judgement. Oleh karena itu, penting untuk mengubah pola pikir kita terhadap pertanyaan tersebut. Ingatlah bahwa orang yang bertanya mungkin hanya ingin berbasa-basi atau menunjukkan perhatian.

Dr. Andreas menegaskan bahwa ketika seseorang bertanya, kita hanya perlu menjawab, tanpa harus memenuhi harapan mereka. Dengan mengubah pola pikir ini, kita dapat mengurangi tekanan dan kecemasan yang muncul akibat pertanyaan-pertanyaan sensitif.

Tips Tambahan:

  • Alihkan Pembicaraan: Jika Anda merasa tidak nyaman dengan pertanyaan tersebut, cobalah untuk mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang lebih menyenangkan.
  • Humor: Gunakan humor untuk meredakan ketegangan. Misalnya, Anda bisa menjawab dengan candaan ringan.
  • Batasi Interaksi: Jika Anda merasa terlalu tertekan, batasi interaksi dengan orang-orang yang sering melontarkan pertanyaan sensitif.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini, diharapkan Anda dapat menghadapi pertanyaan-pertanyaan sensitif saat Lebaran dengan lebih tenang dan percaya diri, sehingga dapat menikmati momen kebersamaan dengan keluarga dan kerabat tanpa merasa tertekan.