Banjir Pekanbaru: Keprihatinan di Balik Aksi Warga Meminta Sumbangan

Banjir Pekanbaru: Keprihatinan di Balik Aksi Warga Meminta Sumbangan

Bencana banjir yang melanda Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, sejak Senin, 3 Maret 2025, telah menimbulkan dampak yang signifikan bagi 14.200 jiwa penduduk di tiga kelurahan: Sri Meranti, Meranti Pandak, dan Palas. Luapan Sungai Siak yang menjadi penyebab utama bencana ini telah merendam rumah-rumah warga, memaksa sebagian besar penduduknya mengungsi ke posko pengungsian darurat yang didirikan di pinggir Jalan Yos Sudarso.

Namun, di tengah keprihatinan atas bencana ini, muncul pemandangan yang menyayat hati. Banyak korban banjir, termasuk perempuan dan anak-anak, terlihat berdiri di pinggir jalan dan median jalan, tangan mereka memegang kardus sebagai wadah sumbangan. Aksi ini menjadi cerminan nyata dari kesulitan yang mereka hadapi, di mana bantuan belum sepenuhnya menjangkau mereka. Salah satu korban, Dewi (30), menceritakan keputusasaannya. Ia terpaksa meminta sumbangan untuk memenuhi kebutuhan makan keluarganya, termasuk dua anak dan seorang bayi yang digendongnya di bawah terik matahari. Dewi mengaku belum menerima bantuan makanan apapun dan terpaksa melakukan hal tersebut untuk bertahan hidup. Ia menceritakan betapa sulitnya kondisi yang dialaminya, dengan rumahnya yang terendam air setinggi 50 sentimeter, memaksanya mengungsi sejak subuh setelah sahur.

Kondisi memprihatinkan ini juga dibenarkan oleh Kepala Dinas Sosial Pekanbaru, Idrus. Dalam wawancara, Idrus mengakui keterbatasan dalam menertibkan aksi warga yang meminta sumbangan di jalanan. Ia menyatakan bahwa pihaknya hanya bisa mengimbau masyarakat untuk membantu para korban, namun hingga saat ini belum ada kesadaran massal untuk meringankan beban mereka. Idrus menjelaskan, situasi darurat dan sulit yang dihadapi korban banjir menjadi alasan pihaknya belum bisa melakukan penertiban.

Kondisi di Posko Pengungsian:

Posko pengungsian yang menampung para korban banjir di Jalan Yos Sudarso menjadi saksi bisu dari kesulitan yang dihadapi para pengungsi. Selain Dewi dan keluarganya yang tinggal di posko bersama 10 orang lainnya, masih banyak warga lain yang bertahan di rumah mereka meski terendam banjir. Situasi ini menggambarkan betapa mendesaknya bantuan yang dibutuhkan para korban, baik dalam bentuk makanan, tempat tinggal sementara, maupun dukungan medis.

Tanggapan Pemerintah dan Masyarakat:

Peristiwa ini menjadi panggilan bagi pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk meningkatkan kepedulian dan responsibilitas dalam menangani bencana. Perlu adanya koordinasi yang lebih efektif dan efisien dalam penyaluran bantuan, agar bantuan tepat sasaran dan dapat segera meringankan penderitaan para korban. Selain itu, dibutuhkan juga upaya sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membantu sesama, sehingga kejadian serupa tidak lagi menimbulkan dampak yang lebih besar bagi korban bencana.

Kesimpulan:

Banjir di Pekanbaru tidak hanya meninggalkan kerusakan material, tetapi juga meninggalkan luka mendalam di hati para korban yang harus berjuang untuk bertahan hidup. Aksi mereka meminta sumbangan menjadi gambaran nyata dari keputusasaan dan kesulitan yang mereka alami. Peristiwa ini menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk meningkatkan kepedulian dan bergotong royong membantu sesama yang tertimpa musibah.